KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan hingga 17 Maret 2021 realisasi penerbitan surat berharga negara (SBN) mencapai Rp 365,38 triliun. Angka tersebut naik 84% dari pencapaian di periode sama tahun lalu. Pencapaian tersebut tertuang dalam laporan DJPPR yang berjudul Government Securities Management. Sehingga, sisa penerbitan SBN di tahun ini tinggal Rp 841,92 triliun dari outlook akhir tahun yang ditetapkan oleh pemerintah sejumlah Rp 1.207,3 triliun. Adapun secara rinci, dari total penerbitan SBN di periode akhir kuartal I-2021 itu terbagi dalam dua jenis utang antara lain surat utang negara (SUN) tercatat sebesar Rp 293,98 dan surat berharga syariah negara (SBSN) senilai Rp 71,5 triliun.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan penerbitan SBN ke depan tentunya akan mencermati kondisi perekonomian. Untuk saat ini, Luky bilang ada beberapa penyesuaian yang dilakukan oleh pemerintah. Pertama, pengurangan target lelang SBN domestik di bulan Februari dan Maret tahun ini. Kedua, optimalisasi penggunaan sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) tahun anggaran 2020. Ketiga, pergeseran penarikan utang valas, baik SBN valas maupun pinjaman program dengan memanfaatkan peluang di pasar global. Keempat, dukungan peran Bank Indonesia (BI) sebagai stand-by buyer SBN. Baca Juga: Pemerintah lelang enam seri sukuk pada Selasa pekan depan, target indikatif Rp 12 T Luky menegaskan pembiayaan utang tentu akan mengedepankan asas kehati-hatian, meski ruang defisit fiskal tahun ini masih dibuka lebar. “Blended financing dan mengoptimalkan instrumen pembiayaan utang yang memiliki biaya yang lebih murah, menjadi prioritas untuk dikerjakan,” kata Luky kepada Kontan.co.id, Jumat (19/3).