KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Besarnya minta investor ritel pada Saving Bond Ritel (SBR) seri SBR004 sukses membuat surat utang ini terjual hingga mencapai Rp 7,32 triliun, Senin (17/9). SBR004 yang merupakan seri SBR kedua yang penjualannya dialkukan secara online (e-SBN) ini menjangkau 21.672 investor di Indonesia dengan investor baru SBR sebanyak 17.195 investor. Usaha pemerintah dalam memperdalam investor ritel ini berhasil tumbuh bila dibandingkan penjualan SBR003 yang hanya menjangkau 7.642 investor dengan jumlah investor baru SBR sebanyak 5.683 investor.
I Made Adi Saputra Analis Fixed Income MNC Sekuritas memproyeksikan prospek penerbitan SBR selanjutnya masih positif. Apalagi dengan skema surat utang yang tidak dapat diperdagangkan maka target pemerintah untuk memperdalam investor domestik bisa tercapai. Maklum, dengan skema SBR004 yang tidak bisa diperdagangkan di pasar sekudner, maka investor asing tidak bisa memiliki surat utang ini. Ke depan bila edukasi masyarakat akan SBR sudah semakin menyeluruh ada kemungkinan penawaran premium spread akan diseuaikan layaknya Obligasi Negara Ritel (ORI) dan Sukuk Ritel (Sukri). Meski begitu, bagi investor yang memang hanya membutuhkan dana dari imbal hasil yang diberikan secara berkala, SBR menjadi instrumen pilihan yang tepat. Namun, Made mengatakan baiknya pemerintah tidak menerbitkan skema surat utang dengan bunga mengambang dalam jumlah yang terlalu besar agar risiko beban bunga yang harus dibayar juga tidak memberatkan di kemudian hari. Meski begitu, jika pemerintah ingin menambah nilai jumlah penerbitan SBR dengan kupon mengambang sebaiknya dilakukan setelah proses edukasi berjalan secara menyeluruh dan spread sudah bisa mulai disesuaikan. "SBR bisa dijadikan alat untuk menjaga ketika goncangan eksternal datang pasar surat utang kita bisa tetap stabil karena ada buyer dari domestik yang siap beli," kata Made. Berawal dari SBR004 yang pemintanya terus bertumbuh, Made memproyeksikan potensi pemerintah untuk menerbitakn SBR di setiap kuartal mungkin saja terjadi. Ke depan dengan skema distribusi online juga memudahkan investor riel untuk mengakses instrumen ini. Ahmad Mikail Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia mengatakan bila pemerintah ingin lebih lagi memperdalam pasar khususnya investor ritel, maka bukan hanya memperbesar penyerapan melainkan menyesuaikan nominal awal yang lebih terjangkau. "Nominal awal bisa di Rp 500.000 agar mahasiswa atau kalangan golongan pendapatan yang lebih rendah juga bisa merasakan return dari SBR, sehingga jumlah orang yang membeli bisa lebih banyak," kata Mikail. Research Analyst Capital Asset Management, Desmon Silitonga menambahkan besarnya minat investor pada SBR bisa membantu mengurangi beban pemerintah dalam menerbitkan Surat Berharga Negara di saat tren imbal hasil sedang tinggi. Adanya sentimen negatif dari eksternal ditambah kepemilikan asing di SBN mendominasi, risiko cost of fund yang pemerintah keluarkan bisa membesar ketika yield naik. Namun, dengan penebritan SBR maka biaya imbal hasil yang besar tidak hanya dinikmati asing melainkan investor domestik.
"Selama ini yang menikmati cost of fund yang besar itu asing, sekarang investor domestik juga bisa merasakan, positif buat pemerintah karena dibantu pendaan, masyarat pun tertolong untuk belajar berinvestasi dan menikmati hasilnya," kata Desmon. Jika pemerintah serius ingin memperdalam pasar investor ritel, Desmon menyarankan pemerintah harus mendiversifikasi produk yang bisa dimanfaatkan seluruhnya oleh investor ritel. Desmon mengingatkan ORI maupun Sukri selama ini setelah diperdagangkan di pasar sekunder malah langsung dibeli oleh investor institusi. "Harusnya di ORI dan Sukri investor ritel saja yang main disitu, sementara investor insitusi harusnya bermain di seri fix rate saja," kata Desmon. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia