KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lagi, pemerintah bakal menawarkan instrumen Surat Berharga Negara (SBN) ritel awal bulan April. Kali ini, SBN ritel yang ditawarkan adalah
Savings Bond Ritel seri SBR006. Analis memproyeksikan, kupon SBR006 masih berada di kisaran 8% mengingat potensi penurunan selisih atau
spread terhadap suku bunga acuan tergolong kecil. Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management Rio Ariansyah menyatakan, jika melihat permintaan yang tinggi dari investor di SBR005, ST003, hingga SR-011 lalu, pemerintah sepertinya tidak akan menurunkan spread tetap SBR006 terhadap suku bunga acuan.
Artinya, spread tetap masih berada di level 215 bps atau 2,15% terhadap suku bunga acuan Bank Indonesia di level 6%. Sehingga kupon SBR006 akan berada di level 8,15% atau setara dengan kupon SBR005 dan ST003. Akan tetapi, bukan masalah bagi pemerintah apabila akhirnya menurunkan spread tetap SBR006 demi menyesuaikan dengan kondisi pasar obligasi terkini. Sebagaimana diketahui, yield Surat Utang Negara (SUN) akhir-akhir ini mengalami tren penurunan. Namun, Rio juga menekankan, kalaupun terjadi penurunan spread, ada baiknya penurunan ini tidak sampai membuat kupon SBR006 di bawah 8%. Hal ini agar daya tarik instrumen tersebut tetap terjaga di mata investor. "Selama kuponnya di area 8%, SBR006 tetap menarik buat investor. Karena tidak ada instrumen lain dengan tenor 2 tahun tapi bisa memberi return setinggi itu," ungkap dia, Rabu (27/3). Senada, Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana memperkirakan, spread tetap SBR006 terhadap BI 7-Day Repo Rate masih di level 215 bps. Bedanya, ia beralasan bahwa potensi gejolak di pasar obligasi masih ada, sehingga pemerintah perlu menjaga kupon SBR006 di level yang tinggi untuk mengantisipasi berbaliknya arah pasar. Pasalnya, fenomena inversi kurva yield atau inverted yield curve US Treasury tengah terjadi. Gejala inversi tersebut ditunjukkan oleh posisi yield obligasi tenor pendek yang lebih tinggi ketimbang yield obligasi tenor panjang.
Menurut Fikri, inversi kurva yield US Treasury didorong oleh risiko dalam negeri AS yang meningkat setelah utang pemerintah AS yang meningkat hingga US$ 22 triliun per 11 Februari lalu. Ditambah lagi, utang jatuh tempo AS dalam 4 tahun ke depan mencapai US$ 5 triliun. “Sentimen ini bisa saja mempengaruhi kondisi pasar di dalam negeri,” katanya, hari ini. Lebih lanjut, jika spread seperti itu diterapkan pada SBR006, ia menilai permintaan terhadap instrumen tersebut cenderung tetap besar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto