JAKARTA. Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) laris manis, sesuai prediksi para analis. Tawaran penempatan dana yang mengalir ke lelang SBSN, Selasa (15/3), mencapai Rp 5,93 triliun. Nilai itu lebih besar daripada penawaran yang diterima lelang SBSN sebelumnya yang berlangsung awal bulan ini, yaitu Rp 4,45 triliun. Tawaran yang masuk juga melampaui target penyerapan dana yang dipasang pemerintah, yaitu Rp 1 triliun. Kendati pemerintah akhirnya hanya mengambil tawaran penempatan dana sesuai dengan target awal.
SBSN seri IFR0010 yang memiliki tenor 25 tahun merupakan yang paling laris. Nilai dana yang disodorkan untuk seri ini Rp 3,643 triliun, setara dengan 61,38% dari total tawaran penempatan dana yang masuk. IFR0005 yang berjangka waktu enam tahun mengail penawaran dana terbesar kedua, senilai Rp 1,1 triliun atau setara 17%. Namun pemerintah tidak mengambil sama sekali tawaran dana investor untuk seri IFR0005. Yang paling banyak diambil adalah penawaran dana untuk IFR0010, senilai Rp 850 miliar atau setara 85% dari total penyerapan. Dana yang tersisa, Rp 150 miliar, berasal dari penjualan SBSN IFR0007. Imam MS, Analis Pasar Obligasi Dan Ekonom Trimegah Securities menjelaskan, IFR0010 mengundang minat banyak pemilik dana karena surat utang itu berjangka waktu panjang, 25 tahun. Pemerintah selama ini belum pernah menerbitkan obligasi dengan jangka waktu sepanjang itu. "Untuk seri Surat Utang Negara (SUN) saja, tenor terpanjang yang tersedia hanya 20 tahun," tutur Imam. Insentif Dalam lelang kali ini, Imam menilai, pemerintah memberikan tingkat imbal hasil atau
yield yang cukup tinggi. Imam menduga, imbal hasil yang tinggi semacam insentif untuk investor agar masuk ke obligasi bertenor panjang. Misalnya, untuk obligasi seri IFR0010, pemerintah menawarkan imbal hasil sampai 10%. Imbal hasil ini jauh lebih tinggi daripada rata-rata
yield surat utang bertenor sama di pasar, yaitu 9,6%. Pemerintah juga memberi yield tinggi untuk seri IFR0007, 9,28%. "Pemerintah sepertinya memberi insentif untuk tenor jangka panjang," tutur Imam. Imam menduga, pemerintah tidak mengambil tawaran penempatan dana untuk IFR005 karena kebutuhan pembiayaan di jangka pendek hingga menengah sudah terpenuhi dari hasil lelang SUN.
Penjualan obligasi bertenor panjang membantu pemerintah memangkas biaya penerbitan obligasi. Dari penghematan ini, Imam menilai, pemerintah bisa memberi insentif pada para investor. Helmi Therik, Analis Obligasi Andalan Artha Advisindo (AAA) menambahkan, investor dari luar negeri masih bersedia menempatkan uang di surat utang berjangka panjang. Sebagai contoh, pembeli terbesar untuk seri IFR005 adalah investor asing. Menurut dia, investor asing memang lebih suka dengan karakter obligasi berjangka pendek menengah. Karena itu, Helmi menduga, lelang SUN selanjutnya yang akan berlangsung pada Selasa (22/3) mendatang, kembali diserbu investor asing. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini