LAMONGAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluhkan soal impor daging sapi yang menyebabkan pengaturan harga hingga kegaduhan politik di Indonesia. Oleh karena itu, Presiden mendorong perlunya peningkatan produksi daging sapi dalam negeri melalui berbagai cara termasuk lewat Usaha Kecil dan Menengah (UKM)."Saya senang datang ke sini melihat sapinya banyak dan bagus jadi tidak perlu impor ke Australia dan New Zealand, macam-macam, politiknya gaduh dan ada lagi yang makelar-makelar tingkat nasional yang keruk keuntungan tinggi," ujar Presiden SBY saat berkunjung ke peternakan Wahyu Utama di Tuban, Jawa Timur, Kamis (13/3/2014).Dalam kunjungan kali ini, Presiden didampingi Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menteri Pendidikan M Nuh, Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan. Presiden menilai, jika terus bergantung pada impor daging sapi, maka Indonesia akan selalu mendapatkan harga tinggi.Presiden berharap agar kuantitas dan kualitas produksi daging sapi dalam negeri bisa ditingkatkan. Dengan memasarkan daging dalam negeri, Presiden mengatakan, masyarakat bisa membeli daging sapi dengan harga terjangkau."Di sisi lain juga perlu dipikirkan agar para petani ternak sapi juga mendapat keuntungan dari penjualan sapi. Jadi harganya sesuai untuk petani dan bisa dijangkau masyarakat," kata Presiden.Dalam kesempatan itu, Ketua Kelompok Tani Wahyu Utomo mengeluhkan soal tidak adanya rumah pemotongan hewan (RPH) di tempatnya. Selama ini, kata Wahyu, unit kelompok tani yang berdiri sejak tahun 1992 itu menggunakan RPH sementara yang masih belum berstandar nasional sehingga daging sapi potong dari ternak yang dikembangkan peternakan Wahyu tidak bisa masuk Jakarta."Kami belum memenuhi syarat karena tempat RPH masih sementara. Jadi kalau ada RPH tetap, permintaan daging dari Jakarta bisa terpenuhi," katanya.Menanggapi permintaan Wahyu itu, SBY menginstruksikan Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan untuk bisa menyediakan fasilitas RPH di peternakan Wahyu agar produksi daging sapi bisa memenuhi standar."Kalau lambat, nanti beritahu saya," ujar SBY.SBY berpendapat, kelompok tani Wahyu Utomo adalah contoh terbaik sebuah kelompok tani yang mandiri dan mampu mengembangkan peternakan yang terintegrasi mulai dari pembibitan, penggemukan, hingga pemasaran. Adapun, peternakan Wahyu Utomo sudah berdiri sejak tahun 1992.Peternakan ini memiliki populasi sapi sekitar 2.000 ekor, yang terdiri dari sapi simental, limosin, brangus, dan PO/lokal, Peternakan ini mampu memproduksi untuk kebutuhan daging potong wilayah Jawa Timur, Jawa Barat, Jakarta, hingga beberapa wilayah di Sumatera dan Kalimantan. (Sabrina Asril)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
SBY angkat bicara soal impor daging sapi
LAMONGAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluhkan soal impor daging sapi yang menyebabkan pengaturan harga hingga kegaduhan politik di Indonesia. Oleh karena itu, Presiden mendorong perlunya peningkatan produksi daging sapi dalam negeri melalui berbagai cara termasuk lewat Usaha Kecil dan Menengah (UKM)."Saya senang datang ke sini melihat sapinya banyak dan bagus jadi tidak perlu impor ke Australia dan New Zealand, macam-macam, politiknya gaduh dan ada lagi yang makelar-makelar tingkat nasional yang keruk keuntungan tinggi," ujar Presiden SBY saat berkunjung ke peternakan Wahyu Utama di Tuban, Jawa Timur, Kamis (13/3/2014).Dalam kunjungan kali ini, Presiden didampingi Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menteri Pendidikan M Nuh, Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan. Presiden menilai, jika terus bergantung pada impor daging sapi, maka Indonesia akan selalu mendapatkan harga tinggi.Presiden berharap agar kuantitas dan kualitas produksi daging sapi dalam negeri bisa ditingkatkan. Dengan memasarkan daging dalam negeri, Presiden mengatakan, masyarakat bisa membeli daging sapi dengan harga terjangkau."Di sisi lain juga perlu dipikirkan agar para petani ternak sapi juga mendapat keuntungan dari penjualan sapi. Jadi harganya sesuai untuk petani dan bisa dijangkau masyarakat," kata Presiden.Dalam kesempatan itu, Ketua Kelompok Tani Wahyu Utomo mengeluhkan soal tidak adanya rumah pemotongan hewan (RPH) di tempatnya. Selama ini, kata Wahyu, unit kelompok tani yang berdiri sejak tahun 1992 itu menggunakan RPH sementara yang masih belum berstandar nasional sehingga daging sapi potong dari ternak yang dikembangkan peternakan Wahyu tidak bisa masuk Jakarta."Kami belum memenuhi syarat karena tempat RPH masih sementara. Jadi kalau ada RPH tetap, permintaan daging dari Jakarta bisa terpenuhi," katanya.Menanggapi permintaan Wahyu itu, SBY menginstruksikan Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan untuk bisa menyediakan fasilitas RPH di peternakan Wahyu agar produksi daging sapi bisa memenuhi standar."Kalau lambat, nanti beritahu saya," ujar SBY.SBY berpendapat, kelompok tani Wahyu Utomo adalah contoh terbaik sebuah kelompok tani yang mandiri dan mampu mengembangkan peternakan yang terintegrasi mulai dari pembibitan, penggemukan, hingga pemasaran. Adapun, peternakan Wahyu Utomo sudah berdiri sejak tahun 1992.Peternakan ini memiliki populasi sapi sekitar 2.000 ekor, yang terdiri dari sapi simental, limosin, brangus, dan PO/lokal, Peternakan ini mampu memproduksi untuk kebutuhan daging potong wilayah Jawa Timur, Jawa Barat, Jakarta, hingga beberapa wilayah di Sumatera dan Kalimantan. (Sabrina Asril)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News