SBY diminta cari solusi atasi Rupiah di G-20



JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diharapkan dapat menggunakan forum G-20 untuk mencari solusi atas panasnya situasi di Timur Tengah yang memiliki dampak terhadap ekonomi Indonesia dan dunia.

Selain itu SBY juga diminta dapat membuka komunikasi dengan Amerika atas kebijakan Quantitive Easing (QE) mereka yang mengakibatkan rupiah terus melemah secara signifikan dalam waktu kurang dari sebulan.

Hal itu diungkapkan anggota Fraksi Partai Golkar Nusron Wahid di Media Center DPP Partai Golkar. Menurutnya SBY memiliki kesempatan bersikap tegas atas serangan ke Suriah dan kebijakan Quantitive Easing (QE) dalam pertemuan dengan Vladimir Putin dan Barack Obama di sela-sela pertemuan G-20 di St. Petersburg.


“Hari ini SBY bertemu Putin dan Obama. Sudah seharusnya SBY sebagai pemimpin negara sebesar Indonesia bersikap tegas menolak tindakan AS yang bersifat sepihak dan akan merugikan kondisi perekonomian dunia akibat melonjaknya harga minyak dunia,” katanya Jum’at (6/9).

Apalagi ekonomi Indonesia yang mulai setara dengan negara-negara ekonomi sangat berkembang seperti Brazil, Rusia, India dan China (BRIC) seharusnya memiliki posisi tawar yang tinggi di mata dunia. Indonesia juga merupakan salah satu pendiri Gerakan Non Blok yang menjadi mitra penting bagi Amerika Serikat dan Rusia dalam organisasi regional East Asia Summit (EAS) dan menjadi tuan rumah APEC tahun ini.

Dalam kondisi harga minyak dunia yang melonjak pada harga tertinggi akibat kekhawatiran pasar terhadap kesediaan pasokan minyak, serangan AS ke Suriah, dipastikan akan membuat harga minyak dunia semakin tinggi. Dan Rupiah pun akan semakin tertekan dan melemah. “Serangan Suriah akan memperberat kondisi ekonomi. Perang hanya menghasilkan dampak negatif,” tegas Nusron. 

Pada sisi lain tudingan penggunaan senjata kimia yang ditujukan kepada pemerintah Suriah sejauh ini belum dibuktikan oleh Dewan Keamanan PBB. Sehingga tindakan Amerika merupakan tindakan hukuman yang dilakukan secara sepihak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan