JAKARTA. Pemerintah mengakui banyak tantangan yang bakal menghambat untuk mewujudkan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Salah satu tantangan yang akan dihadapi adalah soal inflasi. "Inflasi jadi tantangan meski saat ini angkanya masih dalam batas yang wajar dan masih bisa kita prediksi. Tapi dalam APBN, itu menjadi tantangan," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat membuka rapat koordinasi khusus perekonomian, Rabu (6/7). Kondisi ini belum ditambah bayang-bayang inflasi di kawasan ASIA seperti di India, Vietnam dan China. "Ini juga ditambah keadaan pangan dunia menghadapi permasalahan baru di wilayah Afrika dan tentu ini juga berpengaruh pada pangan dunia," katanya. SBY pun meminta para menteri dan pemangku kebijakan untuk memahami dinamika perekonomian global. Pasalnya dapat dipastikan kondisi global berdampak langsung atau tidak dengan kondisi Indonesia. Sebut saja kondisi di Eropa yang belum keluar dari resesi global. "Amerika sendiri ternyata masih menghadapi tantang pengangguran 9,1% jauh di atas pengangguran yang ada di negara kita," katanya. Selain soal inflasi, hal yang perlu dicermati soal perkembangan harga minyak dunia. Untuk potret dalam negeri, penyumbatan-penyumbatan sistem masih saja terjadi di pemerintahan. SBY mengaku memiliki data mana saja Kementerian yang masih lambat dalam birokrasi. "Saya tidak bisa toleransi lagi. Saya minta untuk diselesaikan debottlenecking (penyumbatan). Ada yang masih jalankan bisnis as usual, itu tidak baik," katanya. Salah satu proyek yang terkena imbas dari penyumbatan ini adalah proyek listrik 10 ribu MW. "Saya sudah perintahkan menteri terkait turun segera, saya dengarkan laporan, siapa yang lalai? agar semua bisa mempertanggungjawabkan," katanya. Kendala lain, dalam bidang pertanahan. SBY mengatakan masalah pertanahan yang tidak tuntas maka bisa ganggu MP3EI. Ia berharap perluasan pembahasan RUU tentang pertanahan dengan DPR bisa berjalan dengan baik.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
SBY nyatakan inflasi tantangan terbesar implementasi MP3EI
JAKARTA. Pemerintah mengakui banyak tantangan yang bakal menghambat untuk mewujudkan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Salah satu tantangan yang akan dihadapi adalah soal inflasi. "Inflasi jadi tantangan meski saat ini angkanya masih dalam batas yang wajar dan masih bisa kita prediksi. Tapi dalam APBN, itu menjadi tantangan," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat membuka rapat koordinasi khusus perekonomian, Rabu (6/7). Kondisi ini belum ditambah bayang-bayang inflasi di kawasan ASIA seperti di India, Vietnam dan China. "Ini juga ditambah keadaan pangan dunia menghadapi permasalahan baru di wilayah Afrika dan tentu ini juga berpengaruh pada pangan dunia," katanya. SBY pun meminta para menteri dan pemangku kebijakan untuk memahami dinamika perekonomian global. Pasalnya dapat dipastikan kondisi global berdampak langsung atau tidak dengan kondisi Indonesia. Sebut saja kondisi di Eropa yang belum keluar dari resesi global. "Amerika sendiri ternyata masih menghadapi tantang pengangguran 9,1% jauh di atas pengangguran yang ada di negara kita," katanya. Selain soal inflasi, hal yang perlu dicermati soal perkembangan harga minyak dunia. Untuk potret dalam negeri, penyumbatan-penyumbatan sistem masih saja terjadi di pemerintahan. SBY mengaku memiliki data mana saja Kementerian yang masih lambat dalam birokrasi. "Saya tidak bisa toleransi lagi. Saya minta untuk diselesaikan debottlenecking (penyumbatan). Ada yang masih jalankan bisnis as usual, itu tidak baik," katanya. Salah satu proyek yang terkena imbas dari penyumbatan ini adalah proyek listrik 10 ribu MW. "Saya sudah perintahkan menteri terkait turun segera, saya dengarkan laporan, siapa yang lalai? agar semua bisa mempertanggungjawabkan," katanya. Kendala lain, dalam bidang pertanahan. SBY mengatakan masalah pertanahan yang tidak tuntas maka bisa ganggu MP3EI. Ia berharap perluasan pembahasan RUU tentang pertanahan dengan DPR bisa berjalan dengan baik.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News