SBY: Otonomi luas, Aceh tetap Indonesia



JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) baru saja menyelesaikan perjalanan dinasnya ke Banda Aceh selama dua hari sejak Kamis (19/9) hingga Jumat (20/9). Sebelum kembali ke Jakarta, SBY mengaku dicegat oleh seorang mantan Komandan Pasukan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Pengalamannya itu diungkapkan SBY melalui Facebook miliknya, Jumat (20/9). "Sebelum kembali ke Jakarta, saya dicegat oleh seorang mantan Komandan Pasukan GAM untuk menyerahkan pedang sebagai cendera mata. Cendera mata itu bertuliskan "Satu hati, satu kata. Kita semua bersaudara dalam NKRI", yang ditulis dalam bahasa Aceh. Alhamdulillah. *SBY*," tulis Presiden. Kepala Negara menjelaskan, selama berada di Negeri Serambi Makah tersebut, ia meminta agar para Pemimpin Aceh bersama seluruh masyarakat Aceh menjaga situasi damai dengan baik.

"Di Universitas Syiah Kuala, saya sampaikan refleksi terciptanya perdamaian di Aceh. Saya minta agar situasi damai dijaga dengan baik," terang Presiden. Menurut SBY menciptakan perdamaian di Aceh cukuplah sulit. Ia bahkan sempat nyaris putus asa saking sulitnya mengatasi konflik di daerah pengujung barat Indonesia itu. Sejak tahun 2000 ia sempat berkali-kaliĀ  ke Aceh untuk merintis solusi damai dan mengakhiri konflik berdarah yang berlangsung selama 30 tahun. "Kini, Aceh memiliki status otonomi dengan otoritas yang luas, namun tetap berada dalam NKRI. Merah putih tetap berkibar di Serambi Mekah," ujar SBY.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: