SBY: Pemuda, Facebook dan Twitter menjadi agen perubahan Asia



JAKARTA. Rupanya pemuda dan jejaring sosial seperti facebook serta twitter memiliki peran penting dalam mendorong perubahan. Mereka merupakan agen perubahan Asia. "Melalui internet, dan jaringan media sosial seperti Facebook dan Twitter, kaum muda mengembangkan rasa kesadaran trans-generasi, perasaan saling empati dan harapan bersama. Kita perlu mendorong ini daripada menolaknya," kata Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat membuka forum ekonomi dunia untuk Asia Timur, Minggu (12/6) . Menurut SBY, penting bagi negara-negara Asia untuk mendukung generasi muda. Dengan mendukung pemuda untuk tumbuh menjadi pengusaha, inovator dan pelopor dalam bidang mereka, ini aset untuk Asia akan menjadi tak terhitung. Menurut SBY, ini menjadi satu dari lima poin yang akan membawa Asia menjadi pusat globalisasi dunia. Selain memperhitungkan soal pemuda, facebook dan twitter, SBY juga memaparkan bahwa Asia harus menjadi bagian dari solusi untuk mengatasi ketidakseimbangan global. "Semua pihak perlu melakukan penyesuaian struktural untuk memperbaiki ketidakseimbangan global. Asia mempunyai kemampuan lebih dari daerah lain dalam membantu mencapai ekonomi dunia yang kuat, berkelanjutan dan seimbang," katanya. Kemudian, Asia perlu mengantisipasi dan mengatasi tekanan yang berkembang di masa yang akan datang, misalkan terkait dengan kebutuhan pangan, energi dan sumber daya air. SBY berharap, di masa sekarang, masalah tersebut tidak perlu menimbulkan konflik, baik itu di Sungai Mekong atau di Laut China Selatan, "Kita dapat menemukan cara-cara kreatif untuk mengubah potensi konflik menjadi potensi kerjasama," ujarnya. Selain itu, mengingat proporsi penduduk di Asia dan penggunaan sumber daya dan kebutuhan pangan, Asia juga harus memberikan contoh pertumbuhan yang berkelanjutan. Point selanjutnya, Asia harus melakukan semua upaya yang bisa dilakukan untuk menjadi pusat inovasi global. Teknologi, ungkap Presiden, harus lebih maju dari sebelumnya, yang tentunya akan menjadi pendorong utama perubahan dalam abad 21. Dengan semua masalah kemiskinan, ketidakadilan marginalisasi, dan degradasi yang masih lazim di seluruh Asia, kata Presiden, teknologi mungkin menjadi kunci untuk mengatasinya. "Asia seharusnya tidak hanya untuk mencoba mengejar ketertinggalan, namun dapat melompat ke masa depan. Dan hari ini, inovasi dan teknologi bisa datang dari mana saja. Inovator dan teknisi punya kemampuan untuk hal itu, dari Bangalore ke Bandung, dari Singapura ke Shenzhen yang dapat menghasilkan inovasi dengan aplikasi global," ujarnya. Sedangkan poin terakhir yakni, keragaman yang kaya di Asia adalah rumah bagi peradaban dan agama tertua di dunia. Asia juga merupakan benua dengan jumlah terbesar dari jumlah kelompok etnis dan dialek. Dalam zaman globalisasi, masa depan Asia juga terletak pada kemampuan untuk menjaga kondisi harmoni budaya, peradaban dan agama yang selama berabad-abad dan ribuan tahun telah menjadi bagian dari cara hidup Asia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: