SBY: Saya bukan orang yang tiba-tiba jadi presiden



JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku kerap mendengar komentar tentang dirinya. Salah satunya terkait ketegasannya dalam memimpin pemerintahan.

“SBY itu Jenderal, mestinya bisa lebih tegas dan tidak perlu bicara banyak tentang Hak Asasi Manusia (HAM) dan kemanusiaan,” sebut komentar tersebut.

Melalui akun twitternya @SBYudhoyono yang diunggah Senin (11/11), Presiden SBY dengan kalem membalas komentar itu. “Kalau ditakdirkan menjadi Presiden, Anda akan merasakan pentingnya memimpin visi dengan strategi tetapi juga harus pragmatis,” tulis SBY seperti dikutip dari laman Sekretariat Kabinet, Selasa (12/11).


SBY menegaskan, ia bukan orang yang tiba-tiba menjadi Presiden. Alasannya, ia memulai dari memimpin 40 orang ketika berpangkat Letnan hingga kini memimpin 240 juta orang sebagai Presiden Indonesia.

Karena itu, terhadap kritik-kiritik yang mempersoalkan ketegasannya dalam mengambil tindakan, SBY justru balikl bertanya. “Pernahkah anda menjumpai dan menyaksikan drama yang memilukan di medan-medan pertempuran?" tanya SBY.

Ia lantas mengisahkan, apa yang dialaminya pada 1976, saat melaksanakan tugas operasi di Timtim, terjadi kontak tembak dengan lawan sekitar setengah jam.

Saat bergerak ke depan, SBY menjumpai anak laki-laki usia 5 tahun yang menangis, memeluk ibunya yang tewas karena peluru nyasar. Peristiwa ini, kata SBY, tentu  akan mengubah masa depan dan kehidupan anak itu selamanya.

“Ketika Anda menjalani tugas operasi dan bertemu dengan penduduk sipil, Anda akan bisa membaca wajah, hati dan pikiran mereka,” ungkap SBY seraya menambahkan, mereka takut, putus asa, bingung. Siang hari mereka takut pada TNI dan Polri. Malam hari mereka takut pada GAM/Fretelin/OPM.

SBY menambahkan, dalam setiap konflik bersenjata sebagaimana saat ia melaksanakan tugas operasi di Timtim, maka rasa aman dan tenteram, salah satu hak dasar yang paling azasi, telah dirampas dan dicabut oleh keadaan.

“Saya sangat memahami perasaan istri dan anak-anak yang kehilangan orang yang mereka cintai. Juga para orang tua prajurit yang gugur itu,” tandas SBY.

Diakui SBY, pengalaman dan pergulatan hidupnya memang membentuk sosok dan kepribadian dirinya sebagai Presiden.

“Saya tidak akan obral dan girang untuk begitu saja menyatakan peperangan dengan bangsa lain. Saya menyenangi perdamaian,” tegas SBY.

Presiden SBY menutup bagian ini dengan petuah pendek. “Sebuah perjalanan hidup sering penuh tantangan dan risiko. Itulah dinamika, nikmati saja,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan