SBY sindir media-media di Indonesia



JAKARTA. Bukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) namanya kalau tidak suka curhat dan mengungkapkan keluh kesahnya. Di hadapan para bupati dan wali kota se Indonesia, di Hotel Grand Sahid Jaya, Presiden SBY kembali menyentil dan menyindir media-media nasional yang dianggap tidak suka memublikasikan pertumbuhan ekonomi nasional. Padahal media asing begitu getol membeberkan keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan ekonomi Indonesia. "Saudara-saudara ekonomi kita mengalami pertumbuhan, tapi jarang ditulis media-media di Indonesia, tapi kalau Anda membaca media internasional, Indonesia saat ini masuk menjadi anggota negara G20, 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia," kata SBY kepada para kepala daerah, Rabu (20/2). Menurut SBY pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini 6,2% berada di urutan kedua di Asia, setelah Tiongkok 7%. India yang sebelumnya pertumbuhan ekonominya berada di atas Indonesia, sekarang berada di bawa Indonesia. Bagi SBY pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk prestasi besar yang jarang di ekspos media-media di tanah air. Padahal efek dari pertumbuhan ekonomi tersebut, menurut presiden, turut meningkatkan pendapatan nasional. Karena pertumbuhan pendapatan tersebut, maka APBN juga meningkat dan sumber-sumber pembiayaan lainnya turut mengalami peningkatan. Sebagai perbandingan, SBY mengingatkan bahwa APBN pada tahun 2004 masih sebesar Rp 400 triliun, namun sekarang (2013) sebesar Rp 1.600 triliun. Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi ini masih belum bisa dirasakan seluruhnya oleh rakyat. Pasalnya, pengeluaran untuk subsidi sangat besar, salah satunya subsidi BBM. Di sisi lain di sejumlah daerah, belanja pegawai negerinya sangat besar. Akibatnya pertumbuhan tersebut belum bisa digunakan untuk membayar utang, padahal GDP Indonesia semakin lebih baik dibandingkan negara-negara lain. Karena itu, SBY meminta agar para kepala daerah semakin hemat dengan cara mengurangi belanja pegawai di daerah masing-masing. SBY juga mengakui, porsi untuk belanja modal dan infrastruktur masih kurang diperhatikan. Meskipun mendukung pembangunan infrastruktur, seperti jalan tol, bandara, kereta api, irigasi dan sebagainya, tapi biaya tersebut cukup besar. Karena itu, SBY menyarankan kepada kepala daerah agar bekerjasama dengan pihak swasta. Salah satu caranya dengan memudahkan perizinan, tapi tetap transparan dan akuntabel untuk menghindari peluang korupsi. Selai menyindir pers yang kurang memberitakan pertumbuhan ekonomi, SBY kembali menyentil media ketika hendak menjawab kesediaannya menaikkan gaji bupati dan wali kota. Ia meminta para bupati dan wali kota mendengarkan baik-baik penjelasannya, karena selama ini, pers atau media acapkali memotong-motong pernyataannya dan kemudian digoreng ke sana ke mari. "Nanti kalau ada TV, Media cetak, radio yang mengatakan SBY mengeluhkan gaji, saudara jadi saksinya," ujar presiden. Bukan hanya kali itu saja SBY menyindir dan mengkritik media, pada saat ia memberikan pernyataan terkait pengunduran diri putra bungsunya Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, SBY meminta agar media memuat pernyataan Ibas secara utuh dan jangan dipotong-potong agar masyarakat mendapatkan informasi yang akurat. Sebab selama ini, melalui media, sering kali pernyataannya disampaikan secara terpisah-pisah sehingga menimbulkan salah persepsi bagi masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Djumyati P.