Schott menaikkan produksi kemasan



JAKARTA. Program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) tidak hanya membawa berkah bagi perusahaan farmasi. Produsen kemasan farmasi pun ikut menangguk rejeki. Lihat saja perusahaan kemasan obat asal Jerman: Schott Pharmaceutical System.

Di tengah kian tingginya produksi farmasi, perusahaan ini pun berencana meningkatkan kapasitas produksi hingga 20% di tahun ini. Kalau sebelumnya produksi Schoot hanya 1 miliar unit kini menjadi 1,2 miliar unit.

Direktur Penjualan wilayah Asia Schott Pharmaceutical, Gunawan Setokusumo bilang, peningkatan kapasitas produksi akan dimulai di tahun depan. Saat ini mereka tengah mempersiapkan mesin dan sarana pendukung lainnya.


Gunawan menyebutkan, biaya investasi untuk penambahan kapasitas ini mencapai beberapa juta dollar Amerika Serikat. "Pabrik kami di Bekasi merupakan pabrik kemasan obat injeksi terbesar di Asia," katanya, Rabu (6/3).

Produk kemasan obat yang diproduksi Schott di Indonesia antara lain ampul, vials, pipet, cartridge, dan syringer. Lini bisnis Schott di Indonesia memang fokus memproduksi kemasan obat injeksi.

Dari total produksi sekitar satu juta unit per tahun, Schott melempar sekitar 60% produk ke pasar domestik, terutama ke perusahaan farmasi. Sedangkan 40% lainnya diekspor ke Asia Tenggara, Australia, Jepang, China, India, Korea, Pakistan, Timur Tengah, dan Bangladesh.

Pabrik Schott di Bekasi memang salah satu andalan perusahaan. Maklum, dari total produksi global Schott yang mencapai 9 miliar unit per tahun, sekitar satu miliar unit produksi pabrik Bekasi.

Sayang, Gunawan enggan mengungkapkan kontribusi bisnis Schott bagi prinsipalnya, Schott AG. "Dilihat dari pabrik yang ada di Asia, yaitu China, Jepang dan India, produksi Indonesia paling besar. Bisa ditebaklah dari situ," timpalnya

Yang jelas, Peter Berberich, President Direktur Schott Igar Glass Indonesia-Schott Pharmaceutical Systems, melihat pertumbuhan industri kemasan obat di Indonesia tiap tahun lebih 10%. "Pertumbuhan bisnis ini dalam empat hingga lima tahun terakhir mencapai double digit," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon