KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri reksadana menghadapi sejumlah tantangan sepanjang tahun ini, seperti pandemi Covid-19 dan perlambatan ekonomi. Terlepas dari itu, pasar reksadana diprediksi akan pulih kembali di tahun depan. Seperti diketahui, berdasarkan data Infovesta Utama, kinerja rata-rata reksadana saham turun 12,35% year to date (ytd) hingga November 2020. Tak hanya itu, kinerja rata-rata reksadana campuran juga terkoreksi 3,46% ytd per akhir bulan lalu. Di sisi lain, kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap masih mampu tumbuh 8,93% (ytd). Begitu pula dengan kinerja rata-rata reksadana pasar uang yang naik 4,36% (ytd).
Baca Juga: Manajer investasi prediksi yield SUN turun lagi, reksadana pendapatan tetap masih oke Investment Director Schroders Indonesia Irwanti menyampaikan, secara ytd Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih belum kembali ke level sebelum pandemi Covid-19 atau masih mencetak kinerja negatif. Melemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia beserta kinerja emiten-emiten yang terdaftar di bursa juga membuat pasar saham tertekan, sehingga ujung-ujungnya mempengaruhi kinerja reksadana saham. Sebaliknya, pasar obligasi Indonesia sudah mulai membukukan kinerja positif seiring pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 125 bps di tahun ini. Ditambah lagi, pasar obligasi mendapat angin segar dari efek relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga stabilitas nilai tukar rupiah. Dibandingkan negara lain, obligasi pemerintah Indonesia masih mampu menawarkan level real yield yang lebih menarik sehingga tetap menjadi instrumen favorit bagi investor asing. “Oleh karena itu, kinerja reksadana pendapatan tetap dan pasar uang membukukan kinerja yang lebih baik dibandingkan campuran dan pasar uang,” ungkap Irwanti, Jumat (4/12). Terlepas dari itu, dia menilai, baik kinerja reksadana berbasis saham maupun obligasi sudah mulai kembali menguat dalam beberapa minggu terakhir. Hal ini seiring dengan adanya sentimen positif dari UU Cipta Kerja dan hasil pemilu Amerika Serikat (AS). Baca Juga: Kinerja Reksadana TRAM Strategic Plus unggul tersokong SUN durasi panjang Di tahun depan, ruang peningkatan kinerja reksadana saham masih terbuka. Saat ini, pasar saham Indonesia masih mendapat banyak sokongan dari investor domestik, sedangkan investor asing masih tampak wait and see terhadap efek implementasi UU Cipta Kerja. Dengan begitu, masih ada ruang kenaikan untuk pasar saham apabila investor asing mulai kembali masuk ke Indonesia jika terbukti bahwa implementasi UU Cipta Kerja sesuai ekspektasi investor tersebut. “Aliran dana asing dari pasar AS ke emerging market seperti Indonesia juga kami ekspektasi terus berlanjut, sehingga positif untuk rupiah dan IHSG,” tutur dia. Kinerja pasar saham Indonesia dinilai akan semakin melesat apabila proses pemulihan ekonomi dan pengembangan dan distribusi vaksin Covid-19 berjalan dengan lancar. Adapun tantangan terbesar pasar saham masih berasal dari risiko pandemi Covid-19, terutama jika terjadi peningkatan kasus positif virus corona selama periode-periode hari libur.