JAKARTA. Manajer investasi terbesar di Indonesia, Schroders Investment Management Indonesia, mengaku saat ini lebih berhati-hati dalam mengelola reksadana saham. Menurut Intermediary Bussinees Schroders Yudhi Rangkuti, ini akibat kenaikan suku bunga acuan atau BI rate dan juga inflasi.Sebabnya, kenaikan BI rate dan inflasi berdampak pada penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Selain itu, juga berpengaruh terhadap emiten-emiten di saham sektor finance dan juga saham sektor properti. Karena itu, dalam pengelolaan reksadana saham, Schroders saat ini mengurangi porsi saham multifinance dan properti.Menurut Yudhi, Schroders lebih memilih mengalihkan dana kelolaan ke sektor saham yang lebih konservatif seperti saham sektor telekomunikasi, konsumer, infrastruktur dan juga media. Pilihan terakhir ini, menurut Yudhi, karena saham media perkembangannya mirip seperti saham konsumer, yang seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi menjadi kebutuhan masyarakat."Sektor konsumer, infrastruktur dan telekomunikasi sudah jelas memiliki prospek yang cerah di tanah air karena merupakan konsumsi domesti. Sedangkan sektor media saat ini hampir sama dengan konsumer karena kebutuhan masyarakat akan media. Hal ini diharapkan bisa menyumbang profit kepada perusahaan," kata Yudhi di Gedung BEI, Jakarta, Senin (22/7).Yudhi menguraikan, dari keseluruhan produk reksadana yang dimiliki Schoreders, reksadana saham merupakan produk yang paling banyak diminati menyusul berikutnya adalah reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran dan pasar uang. Sampai dengan Juni ini, dana kelolaan Schroders telah mencapai Rp 55 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Schroders tanamkan dana ke sektor konservatif
JAKARTA. Manajer investasi terbesar di Indonesia, Schroders Investment Management Indonesia, mengaku saat ini lebih berhati-hati dalam mengelola reksadana saham. Menurut Intermediary Bussinees Schroders Yudhi Rangkuti, ini akibat kenaikan suku bunga acuan atau BI rate dan juga inflasi.Sebabnya, kenaikan BI rate dan inflasi berdampak pada penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Selain itu, juga berpengaruh terhadap emiten-emiten di saham sektor finance dan juga saham sektor properti. Karena itu, dalam pengelolaan reksadana saham, Schroders saat ini mengurangi porsi saham multifinance dan properti.Menurut Yudhi, Schroders lebih memilih mengalihkan dana kelolaan ke sektor saham yang lebih konservatif seperti saham sektor telekomunikasi, konsumer, infrastruktur dan juga media. Pilihan terakhir ini, menurut Yudhi, karena saham media perkembangannya mirip seperti saham konsumer, yang seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi menjadi kebutuhan masyarakat."Sektor konsumer, infrastruktur dan telekomunikasi sudah jelas memiliki prospek yang cerah di tanah air karena merupakan konsumsi domesti. Sedangkan sektor media saat ini hampir sama dengan konsumer karena kebutuhan masyarakat akan media. Hal ini diharapkan bisa menyumbang profit kepada perusahaan," kata Yudhi di Gedung BEI, Jakarta, Senin (22/7).Yudhi menguraikan, dari keseluruhan produk reksadana yang dimiliki Schoreders, reksadana saham merupakan produk yang paling banyak diminati menyusul berikutnya adalah reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran dan pasar uang. Sampai dengan Juni ini, dana kelolaan Schroders telah mencapai Rp 55 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News