JAKARTA. Proses penerbitan saham baru alias rights issue PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) menuai titik terang. PT Surya Cipta Inti Cemerlang (SCIC), pemegang saham utama SRAJ, akhirnya bersedia menyetorkan dana sebesar Rp 643,91 miliar sebagai pelaksanaan hak dalam rights issue emiten yang beraset rumahsakit tersebut.Tahir, Chairman Grup Mayapada yang merupakan pengendali SCIC menuturkan, penyetoran dana rights issue dilakukan SCIC pada 6 September 2013 lalu. "Kami menyetorkan sesuai komitmen awal, untuk mekanismenya saya tidak terlalu paham detailnya," kata dia kepada KONTAN, Senin (23/9).Sedari awal, SCIC memang berkomitmen untuk menyerap 53,12% saham baru yang diterbitkan SRAJ. SCIC semestinya mengeksekusi hak itu di periode 27 Desember 2012 hingga 8 Februari 2013. Hingga berakhirnya periode itu, SCIC ternyata tidak melaksanakan haknya tersebut.Masalah tersebut sempat menarik perhatian publik dan juga Bursa Efek Indonesia (BEI). Apalagi, BEI memutuskan untuk menghentikan sementara (suspensi) perdagangan saham SRAJ sejak 12 Februari 2013 lantaran kasus cedera janji itu.Keterlambatan SCIC mengeksekusi rights issue SRAJ memang berimplikasi panjang. Sebab, SCIC menjadi penyerap utama dari 5,53 miliar saham baru SRAJ yang berbandrol Rp 260 per saham. SRAJ semestinya meraih dana segar Rp 1,43 triliun dari aksi korporasi ini.Seperti diketahui, saham SRAJ dikuasai tiga pihak. Selain SCIC yang menguasai 79,68% saham SRAJ, ada PT AJ Adisarana Wanaartha yang mengapit 11,76%, dan sisanya dimiliki publik.Keengganan SCIC mengeksekusi hak rights issue membuat pelaksanaan ekspansi SRAJ terhambat. Asal tahu saja, dalam prospektus right issue, SRAJ menyiapkan dua skenario penggunaan dana.Skenario pertama, jika SCIC mengambil 53,12% saham yang menjadi haknya, maka 98,50% dana akan digunakan untuk investasi rumahsakit di Bali, melalui investasi langsung ke perusahan. Sedangkan, sisa dana lain sebanyak 1,5 %, akan dialokasikan untuk modal kerja.Skenario kedua, apabila hanya SCIC yang melaksanakan seluruh bagian yang menjadi haknya, maka sekitar 52,33% perolehan dana right issue akan digunakan untuk investasi rumahsakit di Bali melalui investasi langsung. Lalu 38,95% lainnya untuk meningkatkan penyertaan pada anak usaha, PT Nirmala Kencana Mas. Sementara 7,59% dana rights issue akan digunakan untuk pelunasan utang SRAJ kepada PT CIMB Niaga Tbk. Dan sisanya 1,13 % diperuntukkan bagi renovasi bangunan rumahsakit SRAJ.Belakangan, lewat jawaban kepada BEI, Senin (23/9), Chandra Rahardja, Direktur SRAJ bilang, pihaknya akan tetap mengalokasikan Rp 600 miliar dana rights issue untuk membangun rumahsakit di Kuta, Bali. Sayang, SRAJ belum menjelaskan lebih detail rencana ekspansinya itu.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
SCIC setor dana rights issue ke SRAJ
JAKARTA. Proses penerbitan saham baru alias rights issue PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) menuai titik terang. PT Surya Cipta Inti Cemerlang (SCIC), pemegang saham utama SRAJ, akhirnya bersedia menyetorkan dana sebesar Rp 643,91 miliar sebagai pelaksanaan hak dalam rights issue emiten yang beraset rumahsakit tersebut.Tahir, Chairman Grup Mayapada yang merupakan pengendali SCIC menuturkan, penyetoran dana rights issue dilakukan SCIC pada 6 September 2013 lalu. "Kami menyetorkan sesuai komitmen awal, untuk mekanismenya saya tidak terlalu paham detailnya," kata dia kepada KONTAN, Senin (23/9).Sedari awal, SCIC memang berkomitmen untuk menyerap 53,12% saham baru yang diterbitkan SRAJ. SCIC semestinya mengeksekusi hak itu di periode 27 Desember 2012 hingga 8 Februari 2013. Hingga berakhirnya periode itu, SCIC ternyata tidak melaksanakan haknya tersebut.Masalah tersebut sempat menarik perhatian publik dan juga Bursa Efek Indonesia (BEI). Apalagi, BEI memutuskan untuk menghentikan sementara (suspensi) perdagangan saham SRAJ sejak 12 Februari 2013 lantaran kasus cedera janji itu.Keterlambatan SCIC mengeksekusi rights issue SRAJ memang berimplikasi panjang. Sebab, SCIC menjadi penyerap utama dari 5,53 miliar saham baru SRAJ yang berbandrol Rp 260 per saham. SRAJ semestinya meraih dana segar Rp 1,43 triliun dari aksi korporasi ini.Seperti diketahui, saham SRAJ dikuasai tiga pihak. Selain SCIC yang menguasai 79,68% saham SRAJ, ada PT AJ Adisarana Wanaartha yang mengapit 11,76%, dan sisanya dimiliki publik.Keengganan SCIC mengeksekusi hak rights issue membuat pelaksanaan ekspansi SRAJ terhambat. Asal tahu saja, dalam prospektus right issue, SRAJ menyiapkan dua skenario penggunaan dana.Skenario pertama, jika SCIC mengambil 53,12% saham yang menjadi haknya, maka 98,50% dana akan digunakan untuk investasi rumahsakit di Bali, melalui investasi langsung ke perusahan. Sedangkan, sisa dana lain sebanyak 1,5 %, akan dialokasikan untuk modal kerja.Skenario kedua, apabila hanya SCIC yang melaksanakan seluruh bagian yang menjadi haknya, maka sekitar 52,33% perolehan dana right issue akan digunakan untuk investasi rumahsakit di Bali melalui investasi langsung. Lalu 38,95% lainnya untuk meningkatkan penyertaan pada anak usaha, PT Nirmala Kencana Mas. Sementara 7,59% dana rights issue akan digunakan untuk pelunasan utang SRAJ kepada PT CIMB Niaga Tbk. Dan sisanya 1,13 % diperuntukkan bagi renovasi bangunan rumahsakit SRAJ.Belakangan, lewat jawaban kepada BEI, Senin (23/9), Chandra Rahardja, Direktur SRAJ bilang, pihaknya akan tetap mengalokasikan Rp 600 miliar dana rights issue untuk membangun rumahsakit di Kuta, Bali. Sayang, SRAJ belum menjelaskan lebih detail rencana ekspansinya itu.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News