SCMA likuid, analis rekomendasikan beli bertahap



KONTAN.CO.ID - Belanja iklan pada periode Januari sampai Juli tahun ini meningkat, bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016. Data Nielsen menyebutkan, belanja iklan tumbuh 6% dikarenakan adanya kenaikan tarif. Totalnya mencapai Rp 82,1 triliun pada beberapa lini media.

Iklan lewat televisi misalnya, memberikan sumbangan terbesar dengan total belanja iklan mencapai Rp 65,1 triliun. Jumlah ini setara dengan 79,29% dari keseluruhan total pendapatan iklan varian media.

Bila melihat potongan kue yang cukup besar, apakah saham media televisi cukup menarik dikoleksi?


Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia menyatakan, saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) menarik lantaran paling likuid. Sebagai informasi, 39,17% saham SCMA dimiliki oleh publik, sementara sebagian 60,83% dimiliki oleh PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK).

SCMA diketahui memiliki pertumbuhan total aset sebesar 20,1% selama empat tahun terakhir. "Secara fundamental terlihat rata-rata pertumbuhan pendapatan sebesar 7% dan laba bersih tumbuh 5,6%," terang Rio kepada KONTAN, Jumat (15/9).

Selain itu, menurutnya emiten ini dinilai menarik lantaran akan mendorong pendapatan melalui acara Liga Champions dan Liga Eropa. Sebab SCMA memperoleh hak siar untuk acara tersebut. Dengan momentum tersebut SCMA berpeluang mendapatkan untung dengan pemasangan iklan dan konten selama acara tersebut.

"Namun secara kinerja saham, SCMA telah mengalami koreksi 20%. PE SCMA yakni 19,69x lebih mahal dibandingkan PE MNCN sebesar 12,34x, dan PE VIVA sebesar 9,84x," tambahnya.

Baik secara kinerja maupun teknikal analisis, Rio merekomendasikan beli bertahap saham SCMA. Yakni dengan target harga sebesar 3.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia