KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang kripto dinilai tetap bisa menjadi aset digital yang prospektif sepanjang tahun ini kendati harganya masih terus menurun. Sebagai informasi, situs
coinmarketcap.com mencatat, harga
bitcoin selaku mata uang kripto berkapitalisasi pasar terbesar di dunia turun 6,91% (ytd) ke level US$ 3.598,50 per 1 BTC hingga Rabu (23/1), pukul 17.30 WIB. Sedangkan sepanjang tahun lalu ,harga bitcoin anjlok hingga 70,02% (ytd) ke level US$ 3.865,95 per 1 BTC. Menurut Sumardi, CEO Rekeningku.com, walau harganya sedang dalam tren penurunan, industri mata uang kripto akan terus berkembang seiring mulai gencarnya penggunaan teknologi
blockchain di seluruh dunia.
Bahkan, ia menilai, karena fokus para pelaku pasar sekarang lebih tertuju pada pemanfaatan
blockchain, harga mata uang kripto di masa mendatang akan lebih dipengaruhi oleh isu-isu seputar perkembangan teknologi tersebut. “Ini beda dengan tahun 2017 silam. Saat itu harga
bitcoin melambung karena
hype yang tinggi, sehingga orang memanfaatkan momen tersebut untuk beli bitcoin walau belum paham teknologi
blockchain,” ungkap dia, Rabu (23/1). Senada,
Co-Founder Cryptowatch, Cryptocurrency Community and Education Christoper Tahir bilang, walau harga mata uang kripto mengalami tren menurun, jumlah pengguna
wallet mata uang kripto terus bertambah. Ia mencatat, jumlah pengguna
wallet mata uang kripto di seluruh dunia mencapai 31,9 juta per 31 Desember 2018. Padahal, di akhir 2017 lalu pengguna wallet mata uang kripto baru mencapai 20 juta. “Ini pertanda bahwa permintaan mata uang kripto masih akan meningkat di waktu mendatang,” kata dia. Dia menambahkan, bagi investor berorientasi jangka panjang, strategi akumulasi secara bertahap bisa diterapkan selagi harga mata uang kripto dalam tren koreksi. Begitu terjadi kenaikan harga sekitar 10%-20%, investor bisa mencairkan keuntungannya untuk kemudian masuk kembali dan melakukan strategi yang sama. Christopher juga menyebut
bitcoin tetap berpeluang menjadi mata uang kripto yang menarik bagi investor berorientasi jangka panjang. Dengan kapitalisasi pasar yang besar, harga
bitcoin cenderung sulit untuk dimanipulasi oleh para spekulan. Memang, sejumlah mata uang kripto juga memiliki prospek positif. Misalnya Tron yang sejak awal tahun hingga hari ini (23/1) harganya telah naik 43,08% ke level US$ 0,0269 per 1 TRX.
Namun, mata uang kripto tersebut lebih condong diperlakukan sebagai koin alternatif yang cocok untuk investasi jangka pendek. “Koin alternatif punya risiko likuiditas karena kapitalisasi pasarnya sedikit,” imbuhnya. Sementara itu, Sumardi lebih menyarankan investor untuk melakukan
trading jangka pendek ketika harga mata uang kripto berada dalam tren penurunan. “Walau trennya menurun, sebenarnya harga mata uang kripto masih gampang naik lalu turun lagi dalam sesaat,” katanya. Ia juga menyarankan agar investor tidak memperlakukan tiap mata uang kripto dengan cara yang sama. Sebab, walau tren penurunan terjadi pada hampir seluruh jenis mata uang kripto, tingkat penurunan tiap mata uang digital tersebut tidak sama. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi