KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu prioritas utama Presiden Joko Widodo selama sembilan tahun pemerintahannya hingga saat ini. Ia menjelaskan, dalam sembilan tahun ini, pemerintah telah membangun beragam infrastruktur baik berupa konektivitas jalan hingga infrastruktur pelayanan masyarakat. Pembangunan dimulai dengan menaikkan dua kali lipat anggaran infrastruktur pada 2015 lalu. "Dimulai 2015 anggaran infrastruktur itu lipat hampir 2 kali. Dimulai dari sana, dan kita telah memutuskan untuk membangun infrastruktur besar-besaran," kata Jokowi dalam Silahturahmi dengan Pegiat Infrastruktur di Istana Negara Jakarta, Senin (4/12).
Baca Juga: Kemitraan Transisi Energi yang Berkeadilan Menurutnya, negara sebesar Indonesia dengan 17.000 pulau maka infrastruktur menjadi kebutuhan. Diantaranya mulai dari infrastruktur konektivitas berupa jalan, pelabuhan, airport. Kemudian infrastruktur penyediaan air yakni bendungan, irigasi serta infrastruktur yang berkaitan dengan pelayanan seperti RS, sekolah dan pasar rakyat. Dan yang sedang dilakukan ialah pembangunan mega proyek Ibu Kota Nusantara (IKN). Pembangunan infrastruktur secara besar-besaran Ia menjelaskan, dalam rangka mencapai efisiensi biaya logistik. Dengan demikian akan mewujudkan Indonesia yang mampu berkompetisi dengan negara lain. "Efisiensi biaya logistik penting sekali, sehingga mempengaruhi daya saing investasi negara kita.
Ngga akan mungkin investor datang kalau infrastruktur jelek," tegasnya. Pembangunan infrastruktur juga dapat menumbuhkan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru. Selain itu, infrastruktur juga memiliki fungsi untuk konektivitas sosial dan budaya. "Infrastruktur itu juga mempersatukan. Karena ada airport, orang Aceh bisa langsung terbang ke Papua, dari Papua terbang ke Jawa, dari Jawa bisa terbang ke Kalimantan dan Sulawesi. Fungsinya, sekali lagi, juga mempersatukan," imbuhnya. Pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan secara besar-besaran sejak tahun 2014 tersebut pun membuat daya saing Indonesia meningkat. Adapun dalam IMD Global Competitiveness Index bidang infrastruktur, peringkat Indonesia meningkat dari 54 pada tahun 2014 menjadi peringkat 51 pada saat ini. "Artinya meningkat meskipun juga belum melompat. Kita kerja keras dalam bidang infrastruktur, betul-betul kerja keras. Perubahannya kelihatan, tetapi sekali lagi, peningkatan Global Competitiveness Index kita masih di angka 51, ya naik dari 54 ke 51," ucapnya. Kenaikan tersebut, kata Jokowi karena Indonesia membangun sejumlah infrastruktur antara lain 42 bendungan yang telah selesai, irigasi untuk 1,2 juta hektare lahan, jalan tol sepanjang 2.143 kilometer, jalan nasional sepanjang 5.700 kilometer, rumah sejumlah 8,2 juta melalui Program Sejuta Rumah, hingga pos lintas batas negara (PLBN) di sejumlah daerah. Namun, jika dibandingkan dengan jalan tol yang ada di Tiongkok, Indonesia masih kurang lebih 3.000 kilometer. Kemudian jumlah Bendungan di Indonesia secara keseluruhan masih 300 bendungan, jauh dibandingkan dengan di Korea 20.000 bendungan, dan di China 98.000 bendungan.
Baca Juga: Kebutuhan Semen IKN Melonjak Tinggi, Pabrikan Semen Ketiban Berkah "Jadi masih jauh, masih perlu kerja keras, meskipun ya kita melakukan sebuah lompatan," ungkapnya. Meski demikian, Jokowi mengapresiasi kerja keras dan kecepatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) atas pembangunan berbagai infrastruktur tersebut. Ia berpesan agar dalam perencanaannya, pembangunan infrastruktur bisa lebih komprehensif. Misalnya, saat membangun jalan, maka sebaiknya pengerjaannya mencakup drainase, trotoar, hingga lanskapnya. "Saya rasa kemudian di kecepatan juga sangat baik. Kementerian PUPR itu biasanya paling mendahului di dalam pengerjaan realisasi anggaran. Januari itu pasti sudah mulai karena kontraknya sebelum, itu yang saya lihat, dibanding dengan kementerian yang lain selalu mendahului, itu yang bagus, Januari sudah langsung mulai. Itu yang sebetulnya sudah saya tekankan kepada kementerian yang lain untuk meniru PUPR," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .