JAKARTA. Meski Maret lalu tercatat terjadi deflasi sebesar 0,32%, rupanya tak semua harga barang turun. Beberapa komoditas tercatat menyumbang inflasi. Di antaranya adalah, bawang putih, emas perhiasan dan telur ayam ras. Telur, yang menjadi salah satu barang konsumsi utama menyumbang inflasi sebesar 0,02%. Sebab, bulan lalu, harga baku pembuat kue ini masih lumayan tinggi. “Telur menjadi salah satu penyumbang inflasi karena harganya belum turun seperti bahan pangan lainnya,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, harga rata-rata telur ayam ras pada Maret 2011 ini sebesar Rp 16.392 per kilo gram (kg). Jika dibandingkan dengan harga telur ayam ras pada Maret 2010 lalu yang sebesar Rp 14.408 per kg, dalam satu tahun terdapat kenaikan harga hingga 13,77%. Pengamat Pertanian Amin Hasan Bukhari mengungkapkan, sebenarnya kenaikan harga telur ayam ras saat ini bukan disebabkan karena minimnya pasokan. Ia bilang, pasokan telur ayam ras cukup stabil. Hanya saja, "Kenaikan harga telur ayam ras ini lebih disebabkan karena biaya produksi telur juga naik karena kenaikan harga pakan ternak," ujarnya kepada KONTAN Minggu (3/4). Amin yang juga mantan Staf Senior Pusat Informasi Pasar Unggas (Pinsar) ini mengatakan, sebenarnya jika melihat siklus permintaan, pada awal tahun permintaan telur justru turun. Menurutnya, kenaikan permintaan baru akan terjadi pada satu sampai dua bulan menjelang hari raya Lebaran. "Kenaikan ini terjadi karena tingginya permintaan telur untuk industri kue dan makanan ringan," ungkapnya. Jika mengikuti perhitungan Amin, artinya harga telur akan kembali naik sekitar Juni - Juli nanti. Hanya saja, ia bilang saat ini harga telur ayam ras sudah mencapai level psikologis. Alhasil, peluang kenaikan harga telur ke depan sudah sangat terbatas. Bahkan, ia bilang jika nanti permintaan telur meningkat menjelang Lebaran harga telur tidak akan melambung tinggi. "Harga telur maksimal hanya akan mencapai sekitar Rp 17.000 per kg. Karena daya beli masyarakat juga memiliki batas," katanya. Lagi pula, ia bilang dari sisi pasokan tidak terlalu mengalami masalah. Tahun ini, produksi telur nasional diperkirakan akan mencapai 1,5 juta ton. Sebelumnya, Ketua Umum Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) Yudhi Guntara mengatakan, tahun ini produksi telur nasional diperkirakan sebesar 1,2 juta ton - 1,5 juta ton. Sebagai perbandingan, Jumlah ini lebih besar ketimbang produksi telur nasional tahun 2010 lalu yang mencapai 1,4 juta ton. Ia mengatakan, total omzet telur yang bisa dicapai tahun ini sekitar Rp 25 triliun. Untuk mendukung produksi telur ini, kata Yudhi tahun ini produksi DOC alias anak ayam (Day old Chicken) sebanyak 1,3 miliar ekor dengan dukungan produksi pakan sebesar 9,6 juta ton.
Sebagai penyumbang inflasi, harga telur sudah naik 13,77%
JAKARTA. Meski Maret lalu tercatat terjadi deflasi sebesar 0,32%, rupanya tak semua harga barang turun. Beberapa komoditas tercatat menyumbang inflasi. Di antaranya adalah, bawang putih, emas perhiasan dan telur ayam ras. Telur, yang menjadi salah satu barang konsumsi utama menyumbang inflasi sebesar 0,02%. Sebab, bulan lalu, harga baku pembuat kue ini masih lumayan tinggi. “Telur menjadi salah satu penyumbang inflasi karena harganya belum turun seperti bahan pangan lainnya,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, harga rata-rata telur ayam ras pada Maret 2011 ini sebesar Rp 16.392 per kilo gram (kg). Jika dibandingkan dengan harga telur ayam ras pada Maret 2010 lalu yang sebesar Rp 14.408 per kg, dalam satu tahun terdapat kenaikan harga hingga 13,77%. Pengamat Pertanian Amin Hasan Bukhari mengungkapkan, sebenarnya kenaikan harga telur ayam ras saat ini bukan disebabkan karena minimnya pasokan. Ia bilang, pasokan telur ayam ras cukup stabil. Hanya saja, "Kenaikan harga telur ayam ras ini lebih disebabkan karena biaya produksi telur juga naik karena kenaikan harga pakan ternak," ujarnya kepada KONTAN Minggu (3/4). Amin yang juga mantan Staf Senior Pusat Informasi Pasar Unggas (Pinsar) ini mengatakan, sebenarnya jika melihat siklus permintaan, pada awal tahun permintaan telur justru turun. Menurutnya, kenaikan permintaan baru akan terjadi pada satu sampai dua bulan menjelang hari raya Lebaran. "Kenaikan ini terjadi karena tingginya permintaan telur untuk industri kue dan makanan ringan," ungkapnya. Jika mengikuti perhitungan Amin, artinya harga telur akan kembali naik sekitar Juni - Juli nanti. Hanya saja, ia bilang saat ini harga telur ayam ras sudah mencapai level psikologis. Alhasil, peluang kenaikan harga telur ke depan sudah sangat terbatas. Bahkan, ia bilang jika nanti permintaan telur meningkat menjelang Lebaran harga telur tidak akan melambung tinggi. "Harga telur maksimal hanya akan mencapai sekitar Rp 17.000 per kg. Karena daya beli masyarakat juga memiliki batas," katanya. Lagi pula, ia bilang dari sisi pasokan tidak terlalu mengalami masalah. Tahun ini, produksi telur nasional diperkirakan akan mencapai 1,5 juta ton. Sebelumnya, Ketua Umum Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) Yudhi Guntara mengatakan, tahun ini produksi telur nasional diperkirakan sebesar 1,2 juta ton - 1,5 juta ton. Sebagai perbandingan, Jumlah ini lebih besar ketimbang produksi telur nasional tahun 2010 lalu yang mencapai 1,4 juta ton. Ia mengatakan, total omzet telur yang bisa dicapai tahun ini sekitar Rp 25 triliun. Untuk mendukung produksi telur ini, kata Yudhi tahun ini produksi DOC alias anak ayam (Day old Chicken) sebanyak 1,3 miliar ekor dengan dukungan produksi pakan sebesar 9,6 juta ton.