JAKARTA. Hasil pemantauan kualitas air sungai nasional yang di lakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menemukan bahwa sebagian besar sungai di Indonesia tercemar. Berdasarkan Kriteria Mutu Air (KMA) kelas II, 70%-75% titik pantau berada pada status tercemar berat. Saat ini ada 500 titik pantau yang tersebar di sungai seluruh Indonesia. Tercemarnya sungai karena ditemukan total coliform dalam jumlah banyak. "Dari parameter yang dipantau terus meningkat adalah adanya e-coli," ujar Henry Bastaman, saat media briefing di Jakarta, Selasa (25/3). Deputi MenLH Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas KLH ini mengatakan adanya bakteri e-coli ini bersumber dari sumber domestik, seperti tinja atau sisa pemakaian sabun. "Banyak faktor yang berkontribusi dalam pencemaran, tapi memang yang paling dominan indikasinya dari limbah domestik," katanya. Menurut Henry, perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai sumber pencemaran. Masing-masing sungai sumber limbahnya variatif. Sungai yang sumber pencemarannya berasal dari sumber domestik seperti Sungai Ciliwung, Sungai Cisadane, dan Sungai Musi (Palembang). Sedangkan yang pencemarannya lebih disebabkan oleh limbah non domestik, seperti Sungai Krueng (Aceh), Sungai Citarum (Jawa Barat), Sungai Fly (Papua), dan Sungai Mahakam (Kalimantan).Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sebagian besar limbah sungai dari sumber domestik
JAKARTA. Hasil pemantauan kualitas air sungai nasional yang di lakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menemukan bahwa sebagian besar sungai di Indonesia tercemar. Berdasarkan Kriteria Mutu Air (KMA) kelas II, 70%-75% titik pantau berada pada status tercemar berat. Saat ini ada 500 titik pantau yang tersebar di sungai seluruh Indonesia. Tercemarnya sungai karena ditemukan total coliform dalam jumlah banyak. "Dari parameter yang dipantau terus meningkat adalah adanya e-coli," ujar Henry Bastaman, saat media briefing di Jakarta, Selasa (25/3). Deputi MenLH Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas KLH ini mengatakan adanya bakteri e-coli ini bersumber dari sumber domestik, seperti tinja atau sisa pemakaian sabun. "Banyak faktor yang berkontribusi dalam pencemaran, tapi memang yang paling dominan indikasinya dari limbah domestik," katanya. Menurut Henry, perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai sumber pencemaran. Masing-masing sungai sumber limbahnya variatif. Sungai yang sumber pencemarannya berasal dari sumber domestik seperti Sungai Ciliwung, Sungai Cisadane, dan Sungai Musi (Palembang). Sedangkan yang pencemarannya lebih disebabkan oleh limbah non domestik, seperti Sungai Krueng (Aceh), Sungai Citarum (Jawa Barat), Sungai Fly (Papua), dan Sungai Mahakam (Kalimantan).Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News