KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memutuskan untuk tidak membagi dividen dari tahun buku 2020. Sebut saja PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), dan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP). Memang, sebagian besar emiten tersebut mencatatkan penurunan laba bersih pada tahun lalu, bahkan WSKT dan WSBP merugi. Hanya BBTN yang membukukan peningkatan laba bersih dengan persentase yang signifikan, yakni 664,81% menjadi Rp 1,6 triliun dari sebelumnya Rp 209,2 miliar. Sejumlah emiten BUMN lain yang tidak membagikan dividen dari tahun buku 2020. Mereka adalah PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), dan PT Timah Tbk (TINS).
Baca Juga: BTN kembali dipercaya salurkan dana PEN sebesar Rp 10 triliun Akan tetapi, sudah sejak tahun buku 2019, emiten di atas tidak membagikan dividen, bahkan TINS tidak membagi dividen dari tahun buku 2018. Di sisi lain, sejumlah emiten tetap membagikan dividen dengan rasio pembayaran berkisar antara 20%-80% dari perolehan laba bersihnya. Padahal, sebagian besar emiten juga mencatatkan penurunan laba bersih. Hanya ANTM dan TLKM yang keuntungannya justru meningkat. Secara rinci, rasio pembayaran dividen ANTM setara 35% dibanding laba bersihnya, lalu BBNI 25%, BBRI 65%, BJBR 56%, BMRI 60%, PTBA 35%, SMGR 40%, TLKM 80%, dan WTON 20%. Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan, keputusan untuk tidak membagikan dividen yang diambil sejumlah BUMN merupakan langkah yang wajar. Mengingat, tahun 2021 memang terbilang tahun yang cukup berat bagi beberapa perusahaan karena Indonesia masih berhadapan dengan pandemi Covid-19. Ia belum melihat prospek yang menarik pada saham-saham emiten yang tidak membagikan dividen tersebut. "Pasalnya, kita perlu melihat kinerja dan strategi perusahaan ke depannya di masa-masa sulit ini sehingga dapat memberikan ekspektasi yang lebih baik," kata Chris saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (9/6). Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas juga mengimbau investor untuk lebih cermat dalam berinvestasi di saham-saham BUMN. Ia menyarankan investor untuk menghindari saham sektor konstruksi terlebih dahulu. "Mungkin bisa dihindari dulu untuk saat sambil menunggu kinerja selanjutnya, terutama yang memiliki utang besar seperti WSKT," ucap Sukarno. Meskipun begitu, ia tetap melihat saham-saham BUMN sebagai lahan investasi yang menarik, terlebih untuk jangka panjang. Menurut dia, meski BBTN dan PGAS tidak membagikan dividen dari tahun buku 2020, dua saham ini tergolong menarik karena memperlihatkan kinerja yang bagus pada kuartal I-2021. Selain itu, valuasi sahamnya juga tergolong murah karena memiliki rasio
price to book value (PBV) di bawah 1 kali.
Baca Juga: Target Setoran 2022 Naik Tipis dari 2021 Ia melihat masih ada potensi kenaikan 7% sampai dengan 15% pada dua saham tersebut. Per Kamis (10/6), harga BBTN berada di level Rp 1.590 per saham dan PGAS Rp 1.150 per saham. Sementara Chris lebih tertarik pada saham yang tergolong defensif, yakni
TLKM. "Pasalnya, saat pandemi ini, sektor telekomunikasi akan semakin dibutuhkan untuk menunjang digitalisasi yang diperlukan saat ini," tutur Chris. Ia merekomendasikan
buy TLKM dengan target harga Rp 3.800 per saham. Per Kamis (10/6), TLKM berada di level Rp 3.480 per saham.
Selanjutnya, dari segi teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai, saham-saham BUMN yang tidak membagi dividen dari tahun buku 2020 sudah cukup menarik dan dapat dicermati. Selama tidak membentuk
new low, ia memperkirakan pergerakannya akan cenderung
uptrend dalam jangka pendek. Pada kondisi tersebut, para investor dapat melakukan
buy on weakness. Pengecualian dibuat untuk saham sektor farmasi karena secara teknikal belum begitu berpotensi menguat. Potensi kenaikan juga terjadi pada saham-saham emiten yang membagi dividen tahun buku 2020, terutama
ANTM,
BBNI,
BBRI,
BMRI, dan
WTON. Oleh karena itu, investor juga dapat mencermati pergerakannya ke depan dan dapat melakukan
buy on weakness. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi