Sebelum ambil manfaatnya, hitung berbagai risiko



JAKARTA. Sebagian masyarakat di negeri ini, boleh jadi, memiliki mimpi dan harapan menjalani hari tua yang bahagia dan sejahtera. Demi mencapai tujuan itu, seseorang rela menyisihkan sebagian penghasilannya untuk tabungan hari tua.

Maklumlah, kelak, pada saat seseorang memasuki masa pensiun, masih diperlukan penghasilan yang memadai untuk biaya hidup sehari-hari, biaya kesehatan, dan barangkali biaya pendidikan untuk anaknya. Berkaca pada kebutuhan masyarakat tersebut, semakin banyak perusahaan asuransi yang menawarkan produk unitlink berbalut dana pensiun. Sebut saja PT AXA Financial Indonesia. Sejak pertengahan 2007, perusahaan asuransi asal Prancis ini memasarkan unitlink berbalut dana pensiun bertajuk Golden Years Plan. Ceruk pasar program dana pensiun yang masih luas di Indonesia jadi salah satu alasan AXA menawarkan produk unitlink tersebut. Paling tidak, berdasarkan hasil survei yang dilakukan AXA, masyarakat di negeri ini mulai memikirkan tabungan buat masa depan pada saat berusia 49 tahun. Padahal, rata-rata orang Indonesia ingin pensiun di usia 59 tahun. Sebagian besar masyarakat kita juga lebih rela menyisihkan dana untuk kebutuhan pendidikan anaknya di masa depan ketimbang persiapan masa setelah pensiun. Singkat kata, pensiun bukan merupakan hal yang penting buat masyarakat Indonesia. Jika diurut, hal penting bagi masyarakat kita adalah jenjang karier di dunia pekerjaan atau bisnis, keluarga, kesehatan, baru pensiun. Tidak ada salahnya, masyarakat memiliki penilaian seperti itu. Tapi, jika mau jujur, pada saat seseorang pensiun, dia dituntut bisa memenuhi kebutuhan hidup dengan menggunakan seluruh simpanan yang sudah ditabung sejak awal bekerja. Kelak, di masa mendatang, ada kemungkinan orangtua tak dapat lagi bergantung pada anak-anaknya untuk memenuhi kebutuhan hidup atau biaya kesehatan di masa tuanya. Sebab, dengan harga dan biaya hidup yang kian tinggi, anak-anak mereka akan berkonsentrasi memenuhi kebutuhan hidupnya terlebih dahulu. Nah, mempersiapkan proteksi dan dana pensiun di hari tua jadi penting, antara lain agar tidak menurunkan standar hidup, tidak kesulitan keuangan dan bisa mandiri di masa pensiun, tak menyusahkan anak-anak ataupun keluarga, memiliki dana darurat untuk biaya pengobatan di hari tua. Jadi, jangan kaget, jika Anda kerap mendapat tawaran produk asuransi yang dibalut manfaat dana pensiun. Selain AXA, perusahaan asuransi lain yang menawarkan produk serupa adalah PT Prudential Life Assurance yang menawarkan PRU Syariah. Jadi, apa manfaat yang bisa diambil jika nasabah membeli produk asuransi tersebut? Risiko tinggi Budi Darmawan, Head of Training & Development AXA Financial Indonesia menjelaskan, Golden Years Plan memberi sejumlah manfaat proteksi. Antara lain, santunan rawat inap di rumahsakit sampai dengan usia tertanggung 60 tahun, santunan penyakit kritis (sampai usia 65 tahun), santunan cacat tetap total (sampai usia 60 tahun), santunan meninggal dunia (sampai usia 99 tahun), dan santunan meninggal dunia karena kecelakaan (sampai usia 65 tahun).

“Santunan dengan jumlah tertentu bisa tertanggung dapatkan setelah masa pembelian polis sudah berjalan selama tiga bulan,” tuturnya.Adapun untuk manfaat pensiun, tertanggung akan mendapatkannya setelah masuk masa pensiun di usia 55 tahun. Nilai manfaatnya dihitung berdasarkan jangka waktu setoran premi, iuran premi, dan perhitungan bunga investasi. “Tapi, nilai manfaatnya bukan angka pasti, karena bisa lebih tinggi atau lebih rendah,” tambah Budi. Yang pasti, lanjutnya, manfaat proteksi Golden Years Plan bisa didapatkan sampai tertanggung berusia 99 tahun. Maksimum uang pertanggungan tidak terbatas. Hanya saja, AXA mematok minimal pembayaran premi Rp 250.000 per bulan. Kini persoalannya, perlukah masyarakat mengambil asuransi yang berbalut program pensiun? Bukankah untuk dana pensiun, sudah banyak produk DPLK (dana pensiun lembaga keuangan) yang menawarkan program tersebut? Atau, bagi karyawan perusahaan tertentu juga sudah tercakup dana pensiun pemberi kerja (DPPK)? Pilihan tentu saja berada di tangan Anda. Jika memang berminat, silakan saja. Namun, dalam menentukan sarana investasi masa depan, ada baiknya Anda berlaku bijak. Menurut pengamatan Freddy Pielloor, perencana keuangan dari MONEYnLOVE, produk asuransi yang berbalut investasi, memiliki risiko yang sangat tinggi. Risiko itu, kata Freddy, menyangkut sejumlah biaya yang dibebankan kepada nasabah, antara lain biaya administrasi, biaya proteksi, biaya investasi, dan berbagai biaya. “Sehingga, dana investasi yang telah dikeluarkan nasabah tidak bisa tumbuh secara optimal,” kata dia. Selain itu, jika nasabah tidak memahami detail pengelolaan dana investasi yang dilakukan perusahaan asuransi, nasabah bakal menanggung risiko investasinya. Jadi, kata Freddy, Anda harus tahu dulu, di mana dana Anda diinvestasikan, siapa yang mengelolanya, serta bagaimana detail kontrak kerjasama antara perusahaan asuransi dan perusahaan investasi? Anda juga harus mengetahui, apakah perusahaan asuransi benar-benar menanamkan sebagian setoran premi Anda untuk investasi? Apakah dia bekerjasama dengan manajer investasi yang memang bagus. Intinya, Anda harus benar-benar mendapat gambaran apa yang akan terjadi di belakang layar dari pengelolaan investasi Anda. Sebab, risiko investasi ada di tangan Anda. Menurut Freddy, akan sangat fatal bila perusahaan asuransi atau perusahaan investasi melakukan kekeliruan dalam mengelola setoran premi asuransi dan investasi. Contoh, jika perusahaan investasi melakukan tindak pidana yang merugikan, sementara nasabah tidak memiliki akses ke sana. Meski perusahaan asuransi mengetahui ‘kenakalan’ yang dilakukan perusahaan investasi, biasanya perusahaan asuransi tidak mau bertanggungjawab atas kekeliruan mitranya tersebut. Dia menambahkan, masyarakat jangan terjebak oleh ilustrasi manfaat dan imbal hasil dari perusahaan asuransi yang menawarkan produk unitlink berbalut dana pensiun. Ilustrasi tidak bisa dijadikan patokan sebagai jaminan. Jadi, Anda harus melihat polis sesungguhnya.


Pisahkan asuransi dan investasiFreddy juga berpesan, untuk investasi dan asuransi, belilah produk yang berasal dari dua institusi berbeda dan tidak berada dalam satu grup perusahaan. Tujuannya, jangan sampai seandainya grup itu bangkrut, dana asuransi maupun investasi Anda sama-sama berantakan. Yang tak kalah penting, lanjut Freddy, Anda harus memperhatikan kemampuan keuangan keluarga. Bila membeli produk asuransi berbalut investasi, berarti nasabah harus memiliki kemampuan keuangan untuk membayar premi tiap periode selama jangka waktu kontrak polis. Jadi, jika gagal bayar, kemungkinan besar polis asuransi Anda bisa batal. Di sisi lain, investasinya bisa terganggu atau tersedot untuk membayar premi buat investasi. Risza Bambang, perencana keuangan dari Shildt Financial Planning menimpali, hal terpenting yang harus dilihat nasabah ketika memilih dana pensiun yang dibalut produk asuransi adalah perbandingan harga dan manfaatnya. Ini terutama jika dibandingkan program DPLK atau DPPK dan instrumen investasi lainnya, misalnya reksadana plus produk asuransi. Namun, menurut Risza, produk unitlink yang menawarkan manfaat pensiun tak melanggar aturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Sebab, produk tersebut hanya menawarkan asuransi dengan manfaat dana pensiun dan bukan menjual program pensiun. “Sebab, manfaat yang diberikan produk asuransi itu tidak dikeluarkan di usia pensiun si nasabah. Tapi, pada usia setelah masa pensiun, misalnya 99 tahun,” urainya.Risza mengingatkan, ketika membeli produk asuransi yang berbalut investasi, Anda wajib mengetahui berapa bunga investasi yang diberikan. Lalu, apakah imbal hasil yang ditawarkan dijamin atau tidak, berapa biaya administrasi dan proteksinya, serta bagaimana proses pencairan klaimnya. Yang terakhir, dalam berinvestasi Anda harus berpikir mandiri dan tidak tergantung orang lain. Sebab, uang pensiun dan masa depan keluarga Anda yang jadi taruhan. Pilihlah investasi yang menurut Anda paling tepat dan sesuai dengan profil risiko Anda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini