Sebelum rilis inflasi AS, USD terseret Euro



JAKARTA. Sebelum rilis inflasi Amerika Serikat (AS) malam ini, mata uang USD terseret oleh kenaikan Euro. Mengutip Bloomberg, Rabu (20/1) pukul 17.57 WIB, pasangan EUR/USD menguat 0,20% ke level 1,0930 dibanding sehari sebelumnya.

Analis SoeGee Futures, Alwi Assegaf mengatakan, pergerakan USD sebenarnya cenderung flat seiring dengan kondisi ekonomi global yang masih melambat. Pertumbuhan ekonomi China kuartal IV-2015 sebesar 6,8% lebih rendah dari kuartal sebelumnya 6,9%.

Ini merupakan pertumbuhan ekonomi paling lambat dalam 25 tahun terakhir. "Ekonomi global yang tidak menentu menimbulkan spekulasi kenaikan suku bunga The Fed akan tertunda," ujar Alwi.


Pada akhirnya USD menyerah di hadapan Euro. Padahal secara fundametal posisi euro lebih lemah jika dibandingkan dengan USD. Kondisi ekonomi Eropa belum menentu ditandai dengan tingkat inflasi yang rendah. Ini menguatkan keyakinan Bank Sentral Eropa (ECB) akan menambah stimulus moneter.

Meski demikian, euro terangkat lantaran digunakan sebagai carry trade, yakni mata uang dengan suku bunga rendah yang digunakan untuk membeli aset dengan yield tinggi. "Saham termasuk aset dengan yield tinggi. Ketika saham turun, banyak investor melepas saham dan menukarnya dengan mata uang euro," lanjut Alwi.

Pelaku pasar tengah menunggu sejumlah data ekonomi dari AS yang dirilis Rabu malam (20/1). Diantaranya data building permits bulan Desember 2015 yang diprediksi turun menjadi 1,2 juta dari sebelumnya 1,28 juta, inflasi atau consumer price index (CPI) dengan proyeksi flat di angka 0,0%, serta core CPI yang diprediksi tetap pada angka 0,2%.

Jika data inflasi AS naik di atas proyeksi, maka prospek kenaikan suku bunga The Fed bisa kembali menguat sehingga mendukung kenaikan USD. Pasalnya, kenaikan inflasi merupakan salah satu indikator yang dapat mendukung kenaikan suku bunga The Fed. Pada Kamis (21/1) Euro juga tengah menunggu keputusan Minimum Bid Rate dari ECB yang diprediksi tetap pada level 0,05%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto