KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. S&P Global Ratings menurunkan peringkat PT MNC Investama Tbk (BHIT) dan surat utang seniornya menjadi 'CC' dari sebelumnya 'CCC'. Lembaga pemeringkat global ini juga menempatkan rating BHIT dalam
creditwatch dengan implikasi negatif. Atas permintaan BHIT, S&P Global Ratings kemudian menarik peringkat utang tersebut.
Baca Juga: S&P Global Ratings pasang status creditwatch negatif untuk surat utang BHIT Bagaimana dengan pergerakan harga saham BHIT di Bursa Efek Indonesia (BEI)? Harga saham MNC Investama selama tiga bulan terakhir memang cenderung lesu. Bahkan sejak akhir April lalu hingga kemarin (11/6), harga saham BHIT sudah tengkurap di level gocap alias Rp 50 per saham. Harga tertinggi BHIT tahun ini berada di level Rp 67 per saham pada 22 Januari 2020. Setelah itu, harga saham emiten Grup MNC ini terus melorot hingga akhirnya terjebak ke level gocap hingga saat ini.
Baca Juga: Saham Emiten Konglomerasi Kompak Turun, Hal Ini Jadi Penyebabnya S&P Global Ratings, dalam pernyataan resminya hari Kamis (11/6) menyebutkan, langkah pemeringkatan mereka mengikuti perkembangan terakhir terkait sidang di Pengadilan Singapura tentang permohonan moratorium MNC Investama pada 4 Juni 2020. Permohonan tersebut mengisyaratkan kemungkinan besar bahwa BHIT akan memilih merestrukturisasi surat utang senilai US$ 231 juta yang jatuh tempo pada Mei 2021, ketimbang terus mengejar opsi
refinancing atau pembiayaan kembali utangnya. Seiring dengan semakin dekatnya jangka waktu, S&P Global Ratings meyakini fleksibilitas MNC Investama semakin terbatas untuk menemukan opsi pendanaan alternatif.
Baca Juga: Usai rights issue, MNC Investama (BHIT) dapat tambahan modal Rp 1,58 triliun Gonjang-ganjing kondisi ekonomi global dan sentimen investor yang lemah, serta posisi kredit MNC Investama yang tertekan akan memperburuk persoalan. S&P juga melihat manajemen BHIT memiliki keinginan terbatas untuk melakukan divestasi untuk membayar utang. S&P Global Ratings menempatkan
creditwatch sebelum peringkat tersebut ditarik karena MNC Investama menunjukkan niatnya untuk melakukan restrukturisasi utang. Sepanjang tahun lalu, BHIT mencatatkan pendapatan bersih Rp 15,97 triliun, tumbuh 8,42% dibandingkan pendapatan bersih 2018 senilai Rp 14,73 triliun. Adapun laba bersihnya melonjak 398,91%
year-on-year (yoy) menjadi Rp 430,81 miliar.
Baca Juga: Efek depresiasi rupiah, ada empat perusahaan berisiko karena utang dolar Mengacu data RTI per 30 April 2020, komposisi pemegang saham BHIT meliputi HT Investment Development Ltd yang menguasai 19,54%, DBS Bank Ltd S/A Caravaggio Holdings Limited 12,28%, DBS Bank Ltd S/A New Ascend Limited 11,08%. Kemudian PT Bhakti Panjiwira memegang 7,77% saham, Hary Tanoesoedibjo sebesar 3,20%, investor publik 45,57%, serta saham
treasury 0,56%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro