JAKARTA. Tim Reformasi Tata Kelola Migas menemukan kejanggalan pada impor minyak mentah yang dilakukan anak usaha PT Pertamina (Persero), yakni Pertamina Trading Limited (Petral). Kejanggalan ini terjadi sebelum tugas Petral diambil alih Integrated Supplay Chain (ISC). Tim Reformasi Tata Kelola Migas mengungkap mayoritas kebutuhan impor minyak mentah sudah dipasok oleh Petral. Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas Fahmi Radi mengatakan, Petral biasanya membuat kontrak impor minyak sebesar 8 juta barel-9 juta barel per bulan. Namun setelah transisi, ISC hanya mendapatkan kontrak impor 3 juta barel per bulan. "Yang 6 juta barel tersebut ditutup oleh Petral," kata dia kepada KONTAN, Senin (16/3). Fahmi bilang, kontrak minyak mentah itu dilakukan oleh pejabat terdahulu, sebelum digantikan dengan pejabat yang sekarang. Kontrak tersebut diketahui memiliki tenor enam bulan atau hingga Juni 2015 mendatang. "Di masa transisi dari Petral ke ISC memang tidak bisa sekaligus seluruh impor diambil alih ISC. Saya menduga sisa impor tersebut masih dimainkan oleh Petral," jelasnya.
Sebelum transisi, Petral teken kontrak impor
JAKARTA. Tim Reformasi Tata Kelola Migas menemukan kejanggalan pada impor minyak mentah yang dilakukan anak usaha PT Pertamina (Persero), yakni Pertamina Trading Limited (Petral). Kejanggalan ini terjadi sebelum tugas Petral diambil alih Integrated Supplay Chain (ISC). Tim Reformasi Tata Kelola Migas mengungkap mayoritas kebutuhan impor minyak mentah sudah dipasok oleh Petral. Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas Fahmi Radi mengatakan, Petral biasanya membuat kontrak impor minyak sebesar 8 juta barel-9 juta barel per bulan. Namun setelah transisi, ISC hanya mendapatkan kontrak impor 3 juta barel per bulan. "Yang 6 juta barel tersebut ditutup oleh Petral," kata dia kepada KONTAN, Senin (16/3). Fahmi bilang, kontrak minyak mentah itu dilakukan oleh pejabat terdahulu, sebelum digantikan dengan pejabat yang sekarang. Kontrak tersebut diketahui memiliki tenor enam bulan atau hingga Juni 2015 mendatang. "Di masa transisi dari Petral ke ISC memang tidak bisa sekaligus seluruh impor diambil alih ISC. Saya menduga sisa impor tersebut masih dimainkan oleh Petral," jelasnya.