Seberapa layak saham WSBP dikoleksi pasca IPO?



Jakarta. Kekuatan bisnis beton PT Waskita Beton Precast Tbk, tengah diuji pasar, seiring dengan pencatatan sahamnya di Bursa Efek Indonesia, pekan lalu. Emiten berkode saham WSBP ini meraup Rp 5,16 triliun dari initial public offering (IPO).

Anak usaha PT Waskita Karya Tbk (WSKT) ini akan menggunakan 44% dana IPO untuk kebutuhan belanja modal. Adapun 56% dana IPO akan digunakan untuk modal kerja, terutama untuk menyokong sejumlah proyek besar dengan model turnkey.

WSBP perlu go public demi melebarkan sayap bisnisnya. Selain potensi captive market dari sinergi Grup Waskita, WSBP masuk pasar modal untuk menangkap peluang bertumbuhnya proyek infrastruktur di Indonesia.


"Kami harus ekspansi dan memastikan kecukupan modal kerja," ungkap Jarot Subana, Direktur Utama WSBP kepada KONTAN, Kamis (29/9).

Untuk ekspansi tahun ini, Waskita Beton mengalokasikan belanja modal senilai Rp 1,1 triliun. Perinciannya, sekitar Rp 700 miliar akan digunakan untuk ekspansi kapasitas precast melalui akuisisi dua pabrik.

WSBP membangun pabrik baru di Klaten Jawa Tengah berkapasitas 100.000 ton per tahun. Perusahaan ini juga membangun pabrik di Palembang, Sumatra Selatan berkapasitas 250.000 ton per tahun.

Emiten ini juga mengalokasikan Rp 150 miliar untuk ekspansi kapasitas readymix melalui pembangunan batching plant. Adapun Rp 200 miliar akan digunakan untuk mengakuisisi quarry batu atau pasir. Terakhir, sekitar Rp 50 miliar akan digunakan untuk membeli truk mixer.

Dengan ekspansi ini, manajemen WSBP membidik pertumbuhan pendapatan 77% year-on-year (yoy) menjadi Rp 4,7 triliun pada tahun ini, dan target laba bersih naik 80% (yoy) menjadi Rp 600 miliar. Tahun ini, WSBP berharap bisa berkontribusi sekitar 35% terhadap laba WSKT. 

Selama enam bulan pertama tahun ini, WSBP mengantongi pendapatan Rp 1,8 triliun dan laba bersih Rp 230 miliar. Hingga kini nilai kontrak baru mencapai Rp 7 triliun. "Sehingga total kontrak yang kami kelola tahun ini adalah Rp 10,2 triliun," ujar Jarot.

Adapun sejumlah kontrak besar yang tengah digarap WSBP antara lain proyek tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu, Tol Pejagan-Pemalang, Tol Solo-Ngawi-Kertosono, Tol Cimanggis-Cibitung, juga LRT Palembang.

Sedangkan kontrak yang baru saja diraih hingga Agustus adalah Tol Pemalang-Batang, Tol Batang-Semarang, serta Tol Pasuruan-Probolinggo. Tahun depan, proyek yang masuk pipeline WSBP adalah Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi serta beberapa ruas Tol Sumatra.

Sebelum menjadi satu entitas mandiri, pada 2012 WSBP merupakan divisi precast WSKT. Sejak 7 Oktober 2014, WSBP menjadi entitas tersendiri dan merupakan anak usaha Waskita Karya yang bergerak di bidang industri precast dan readymix.

WSBP terus berekspansi untuk membuka pabrik beton precast baru dan melakukan inovasi untuk memenuhi kebutuhan konstruksi baik di tingkat nasional maupun global.

Dengan dua pabrik baru yang akan rampung tahun ini, maka akan menambah kapasitas produksi WSBP menjadi 2,65 juta ton dari sebelumnya 2,3 juta ton per tahun.

Mulai tahun depan, WSBP akan menggenjot pasar luar Jawa. Selanjutnya, emiten ini akan membangun tiga pabrik baru di Sumatra Utara, Kalimantan Timur dan Sulawesi.

Setiap pabrik dirancang berkapasitas produksi 300.000 ton per tahun. Pabrik tersebut akan dibangun hingga 2018. Dus, dalam dua tahun ke depan WSBP akan memiliki 13 pabrik dengan total kapasitas 3,8 juta ton per tahun.

Saat ini, porsi penjualan WSBP masih didominasi pasar Jawa, yakni sebesar 70%. Sisanya penjualan di luar Jawa. Setelah ekspansi pabrik, porsi penjualan luar Jawa menjadi 40% total pendapatan.

"Inisiatif pemerintah membangun jalan tol Trans Jawa dan jalan tol Trans Sumatra menjadi pasar yang besar bagi WSBP," ungkap Jarot.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto