JAKARTA. Dari kebutuhan sutera nasional sebanyak 900 ton per tahun, sebesar 75% di antaranya merupakan produk sutera impor dari China. Hal itu membuat Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meminta Perhutani meningkatkan produksi benang sutera lokal. Sebab selama ini produksi lokal hanya mampu memenuhi 10% kebutuhan nasional. Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian Euis Saedah, usai pembukaan pameran produk sutera, Selasa (25/10) mengatakan, produksi tahun depan diharapkan melebihi kontribusi saat ini yang hanya 36,85 ton. Kondisi tersebut terjadi akibat petani sutera dalam negeri masih terkendala teknologi pemeliharaan murbei yang belum baik, penggunaan bibit murbei yang tidak unggul, dan teknik pemeliharaan ulat yang masih kurang diperhatikan.Oleh karena itu, pemerintah berupaya menjalin kemitraan dengan badan usaha agar para petani sutera mendapatkan jaminan pemasaran produksi dan bahan baku. Misalnya, kerja sama perusahaan swasta asal China bernama Wintus dengan para petani di Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat.Wintus memberikan benih ulat sutera yang bagus dan memberikan arahan cara tanam murbei yang baik kepada para petani sutera. Apabila produksi telah mencapai 1.000 ton maka semua hasilnya akan diserap langsung oleh Wintus untuk diproduksi di China. Sembari menunggu produksi mencapai jumlah tersebut, kata Euis, para petani sutera diberikan kesempatan memanfaatkan hasil produksi itu.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sebesar 75% pasar sutera lokal dikuasai produk China
JAKARTA. Dari kebutuhan sutera nasional sebanyak 900 ton per tahun, sebesar 75% di antaranya merupakan produk sutera impor dari China. Hal itu membuat Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meminta Perhutani meningkatkan produksi benang sutera lokal. Sebab selama ini produksi lokal hanya mampu memenuhi 10% kebutuhan nasional. Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian Euis Saedah, usai pembukaan pameran produk sutera, Selasa (25/10) mengatakan, produksi tahun depan diharapkan melebihi kontribusi saat ini yang hanya 36,85 ton. Kondisi tersebut terjadi akibat petani sutera dalam negeri masih terkendala teknologi pemeliharaan murbei yang belum baik, penggunaan bibit murbei yang tidak unggul, dan teknik pemeliharaan ulat yang masih kurang diperhatikan.Oleh karena itu, pemerintah berupaya menjalin kemitraan dengan badan usaha agar para petani sutera mendapatkan jaminan pemasaran produksi dan bahan baku. Misalnya, kerja sama perusahaan swasta asal China bernama Wintus dengan para petani di Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat.Wintus memberikan benih ulat sutera yang bagus dan memberikan arahan cara tanam murbei yang baik kepada para petani sutera. Apabila produksi telah mencapai 1.000 ton maka semua hasilnya akan diserap langsung oleh Wintus untuk diproduksi di China. Sembari menunggu produksi mencapai jumlah tersebut, kata Euis, para petani sutera diberikan kesempatan memanfaatkan hasil produksi itu.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News