Secara teknikal, harga CPO masih melemah



JAKARTA. Tekanan terbesar terhadap harga minyak sawit mentah (CPO) berasal dari kejatuhan harga minyak dunia. Penurunan harga minyak diprediksi masih akan terus berlanjut sehingga tekanan terhadap harga CPO juga belum belum akan membaik dalam waktu dekat.

Tidak hanya harga minyak. Harga kedelai yang juga jatuh ikut menekan posisi CPO. Pasalnya kedua komoditas tersebut merupakan barang substitusi yang digunakan sebagai bahan bakar. Saat ini harga kedelai di pasar dunia sudah menyentuh level terendah selama enam tahun karena ekspor yang menurun. “Harga minyak rendah, sehingga substitusi biodiesel lebih banyak menggunakan minyak mentah dibanding CPO,” kata Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures.

Meski begitu Deddy menilai penguatan bisa saja terjadi. “Menurut GAPKI ada peningkatan permintaan dari Timur Tengah dan Afrika,” jelasnya. Namun diakui Deddy besaran tambahan permintaan dari kedua negara itu belum diketahui dengan pasti.


Yang pasti penambahan permintaan ini kemungkinan bisa menopang harga CPO untuk beberapa waktu namun jelas tidak sebesar sentimen negatif dan tren penurunan yang membayangi CPO. “Tapi secara jangka panjang tren masih bearish,” kata Deddy.

Secara teknikal Deddy memaparkan bahwa semua indikator masih menunjukkan pelemahan. Saat ini harga bergerak di bawah moving average (MA) 50, 100 dan 200 dengan kemungkinan turun. Garis moving average convergence divergence (MACD) di area negatif yakni minus 23 memungkinan penurunan lebih lanjut. 

Begitu pun dengan indikator relative strength index (RSI) di level 33,14 dan stochastic di level 13,24 yang keduanya bergerak menukik.

Deddy memprediksi harga CPO hari ini akan bergerak di kisaran support US$ 2090 per metrik ton dan resistance US$ 2.180 per MT. “Sepekan di US$ 1.970 per MT – US$ 2.224 per MT,” urai Deddy.

Sedangkan Zulfirman Basir, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menduga hari ini harga CPO berada di area sekitar US$ 2.120 – US$ 2.160 per MT. Dalam sepekan mendatang bisa bertengger di kisaran US$ 2.100 – US$ 2.200 per MT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa