Biarpun bukan menjadi barang kebutuhan utama dan penting, bisnis aksesori cukup menggiurkan. Maklum, aksesori kini menjadi bagian dari fesyen yang bisa mendukung penampilan seseorang. Jika jeli melihat tren yang akan berkembang, untung berlipat bisa diperoleh dengan membuka gerai aksesori. Bagi sebagian wanita, penampilan merupakan hal yang penting. Ada kalanya, mereka cukup lama berdiri di depan kaca untuk mendapatkan perpaduan yang cantik dari apa yang dikenakannya. Bukan hanya memadukan pakaian, mereka juga menambahkan pernak-pernik aksesori untuk tampil menawan, plus memikat banyak mata. Tentu saja, seperti halnya pakaian, aksesori yang dipakai juga disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilakukan. Seperti, sekadar jalan-jalan atau hangout, rutinitas ke kantor atau menghadiri acara-acara resmi. Beragam kegiatan inilah yang akhirnya makin memperluas peluang gerai aksesori. Tak heran, pasar aksesori pun kian meriah. Udin, pemilik gerai Idola Baru Accesories di Pasar Pagi Asemka, mengatakan, penjualannya terus meningkat dari tahun ke tahun. “Penjualan terus meningkat rata-rata 20% per bulan,” ujar Udin. Bersama sang kakak, ia terus menambah gerai baru lantaran jumlah pelanggan juga semakin bertambah. Berbisnis aksesori memang menggiurkan. Tak butuh modal besar, pemilik gerai aksesori bisa mendulang untung yang cukup besar. “Bisnis gerai aksesori ini bagus, karena untungnya besar. Saya pernah untung 200% hingga 500% saat berjualan di mal,” ujar Udin.Modal tak besarAnda bisa membuka gerai aksesori ini dari sebuah kios yang sederhana. Udin bilang, untuk kios sederhana Anda cukup mengeluarkan modal Rp 3 juta hingga Rp 4 juta. Namun, jika ingin membuka gerai di pusat belanja, harus siap merogoh modal antara Rp 70 juta hingga Rp 100 juta. Selain untuk menyewa tempat, modal sebesar itu untuk membeli perlengkapan, seperti etalase, penggantung, dan stok aksesori. Berjualan di Blok M Square, Firma P. Barus, pemilik Makarona Accesories, memodali usahanya dengan dana Rp 100 juta. Selain untuk menyewa tempat sebesar Rp 50 juta per tahun, ia menggunakan dana untuk mendekorasi toko dan membeli aksesori yang dijual. Untuk menghemat modal, Firma juga mengandalkan kepercayaan dari pasar supplier dalam menyetok barang. “Dulu, jika membeli aksesori senilai Rp 30 juta, saya bisa memberi uang muka Rp 10 juta dulu,” ungkap Firma. Besar kecilnya modal juga ditentukan oleh jenis bahan aksesori. Ada aksesori berbahan kasar yang terbuat dari plastik dan ada pula yang berbahan halus berbahan besi. Aksesori berbahan kasar ini harganya tentu lebih murah.Udin berbisik, hanya dengan modal Rp 10 juta hingga Rp 15 juta, gerai akan terlihat penuh. Sebaliknya, untuk memenuhi stok aksesori berbahan halus, dibutuhkan modal lebih besar, yakni lebih dari Rp 30 juta.Idola Baru mengawali usahanya dengan menyediakan beragam aksesori, seperti cincin, anting, gelang dan bros, berbahan kasar. Setelah pengunjung ramai, Udin melengkapi gerainya dengan sabuk, aksesori rambut, dan jilbab, yang semuanya diimpor dari China dan Korea. Dari penjualan aksesori secara grosir ini, Idola Baru dapat meraup omzet Rp 300 juta hingga Rp 500 juta setiap bulan. Meski rata-rata aksesori yang dijual serupa dengan toko aksesori lain, Idola Baru juga menjual beberapa aksesori khusus yang jarang ada di pasaran, seperti gelang keroncong dan sabuk batok kelapa. Udin sengaja menambah dagangan seperti ini, supaya pengunjung kian tertarik untuk mau masuk ke tokonya.Firma pun melakukan hal yang sama. Ia berusaha menarik minat pengunjung dengan menambahkan item khusus, yang berhubungan dengan kecantikan wanita, seperti berbagai alat pelurus rambut.Untuk memilih barang, Firma berangkat dari target pasar yang dibidik. Bila ingin menyisir pasar menengah atas, maka tipe dan kualitas barang yang dipilih pun harus sesuai dengan selera calon pembeli. Sementara, Udin lebih banyak mengandalkan feeling dan pesanan dari para pembeli. Maklum, selain menjual secara ritel, Udin banyak menerima reseller. Barang-barang yang banyak dipesan biasanya akan menjadi tren. Bila penjualan bagus, ia pun akan menambah stok dalam jumlah banyak.Udin menyarankan agar seorang pemula untuk tidak segan belajar dan bertanya, serta menggali informasi sebanyak mungkin dari pedagang yang telah berpengalaman. Saat membuka toko, usahakan agar setiap jenis aksesori tersedia, walau jumlahnya masih sedikit. “Lalu, saat usaha sudah berjalan, lakukan riset pasar dengan mendengarkan permintaan pelanggan,” ujarnya.Dalam usaha ini, Firma menekankan kejujuran dan pelayanan untuk pelanggan. Dia akan berkata terus terang, soal stok barang-barang baru yang ada di tokonya. Tak berbeda jauh, Udin juga mengutamakan pelayanan yang baik pada pelanggan. “Kami menerapkan konsep senyum, sapa, salam, supaya pelanggan tak segan masuk ke toko,” jelas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sedapnya menuai laba dari gerai aksesori
Biarpun bukan menjadi barang kebutuhan utama dan penting, bisnis aksesori cukup menggiurkan. Maklum, aksesori kini menjadi bagian dari fesyen yang bisa mendukung penampilan seseorang. Jika jeli melihat tren yang akan berkembang, untung berlipat bisa diperoleh dengan membuka gerai aksesori. Bagi sebagian wanita, penampilan merupakan hal yang penting. Ada kalanya, mereka cukup lama berdiri di depan kaca untuk mendapatkan perpaduan yang cantik dari apa yang dikenakannya. Bukan hanya memadukan pakaian, mereka juga menambahkan pernak-pernik aksesori untuk tampil menawan, plus memikat banyak mata. Tentu saja, seperti halnya pakaian, aksesori yang dipakai juga disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilakukan. Seperti, sekadar jalan-jalan atau hangout, rutinitas ke kantor atau menghadiri acara-acara resmi. Beragam kegiatan inilah yang akhirnya makin memperluas peluang gerai aksesori. Tak heran, pasar aksesori pun kian meriah. Udin, pemilik gerai Idola Baru Accesories di Pasar Pagi Asemka, mengatakan, penjualannya terus meningkat dari tahun ke tahun. “Penjualan terus meningkat rata-rata 20% per bulan,” ujar Udin. Bersama sang kakak, ia terus menambah gerai baru lantaran jumlah pelanggan juga semakin bertambah. Berbisnis aksesori memang menggiurkan. Tak butuh modal besar, pemilik gerai aksesori bisa mendulang untung yang cukup besar. “Bisnis gerai aksesori ini bagus, karena untungnya besar. Saya pernah untung 200% hingga 500% saat berjualan di mal,” ujar Udin.Modal tak besarAnda bisa membuka gerai aksesori ini dari sebuah kios yang sederhana. Udin bilang, untuk kios sederhana Anda cukup mengeluarkan modal Rp 3 juta hingga Rp 4 juta. Namun, jika ingin membuka gerai di pusat belanja, harus siap merogoh modal antara Rp 70 juta hingga Rp 100 juta. Selain untuk menyewa tempat, modal sebesar itu untuk membeli perlengkapan, seperti etalase, penggantung, dan stok aksesori. Berjualan di Blok M Square, Firma P. Barus, pemilik Makarona Accesories, memodali usahanya dengan dana Rp 100 juta. Selain untuk menyewa tempat sebesar Rp 50 juta per tahun, ia menggunakan dana untuk mendekorasi toko dan membeli aksesori yang dijual. Untuk menghemat modal, Firma juga mengandalkan kepercayaan dari pasar supplier dalam menyetok barang. “Dulu, jika membeli aksesori senilai Rp 30 juta, saya bisa memberi uang muka Rp 10 juta dulu,” ungkap Firma. Besar kecilnya modal juga ditentukan oleh jenis bahan aksesori. Ada aksesori berbahan kasar yang terbuat dari plastik dan ada pula yang berbahan halus berbahan besi. Aksesori berbahan kasar ini harganya tentu lebih murah.Udin berbisik, hanya dengan modal Rp 10 juta hingga Rp 15 juta, gerai akan terlihat penuh. Sebaliknya, untuk memenuhi stok aksesori berbahan halus, dibutuhkan modal lebih besar, yakni lebih dari Rp 30 juta.Idola Baru mengawali usahanya dengan menyediakan beragam aksesori, seperti cincin, anting, gelang dan bros, berbahan kasar. Setelah pengunjung ramai, Udin melengkapi gerainya dengan sabuk, aksesori rambut, dan jilbab, yang semuanya diimpor dari China dan Korea. Dari penjualan aksesori secara grosir ini, Idola Baru dapat meraup omzet Rp 300 juta hingga Rp 500 juta setiap bulan. Meski rata-rata aksesori yang dijual serupa dengan toko aksesori lain, Idola Baru juga menjual beberapa aksesori khusus yang jarang ada di pasaran, seperti gelang keroncong dan sabuk batok kelapa. Udin sengaja menambah dagangan seperti ini, supaya pengunjung kian tertarik untuk mau masuk ke tokonya.Firma pun melakukan hal yang sama. Ia berusaha menarik minat pengunjung dengan menambahkan item khusus, yang berhubungan dengan kecantikan wanita, seperti berbagai alat pelurus rambut.Untuk memilih barang, Firma berangkat dari target pasar yang dibidik. Bila ingin menyisir pasar menengah atas, maka tipe dan kualitas barang yang dipilih pun harus sesuai dengan selera calon pembeli. Sementara, Udin lebih banyak mengandalkan feeling dan pesanan dari para pembeli. Maklum, selain menjual secara ritel, Udin banyak menerima reseller. Barang-barang yang banyak dipesan biasanya akan menjadi tren. Bila penjualan bagus, ia pun akan menambah stok dalam jumlah banyak.Udin menyarankan agar seorang pemula untuk tidak segan belajar dan bertanya, serta menggali informasi sebanyak mungkin dari pedagang yang telah berpengalaman. Saat membuka toko, usahakan agar setiap jenis aksesori tersedia, walau jumlahnya masih sedikit. “Lalu, saat usaha sudah berjalan, lakukan riset pasar dengan mendengarkan permintaan pelanggan,” ujarnya.Dalam usaha ini, Firma menekankan kejujuran dan pelayanan untuk pelanggan. Dia akan berkata terus terang, soal stok barang-barang baru yang ada di tokonya. Tak berbeda jauh, Udin juga mengutamakan pelayanan yang baik pada pelanggan. “Kami menerapkan konsep senyum, sapa, salam, supaya pelanggan tak segan masuk ke toko,” jelas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News