Sederet Emiten Properti Catat Marketing Sales Positif, Intip Rekomendasi Sahamnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten properti mencatatkan kinerja pendapatan prapenjualan alias marketing sales yang cukup baik pada awal tahun ini. PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) misalnya mencatatkan marketing sales sebesar Rp 537 miliar hingga April 2024.

“Dari raihan itu, recurring income yang terdiri dari mall, hotel, dan lainnya senilai Rp 176 miliar. Ini setara dengan 9,3% dari target tahun 2024 sebesar Rp 1,9 triliun,” ujar Direktur MTLA Olivia Surodjo kepada Kontan beberapa waktu lalu.

Walaupun sejumlah emiten merilis marketing sales per kuartalan, tetapi kinerjanya tercatat masih positif per kuartal I 2024.


PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mencatatkan pendapatan prapenjualan alias marketing sales sebesar Rp 809 miliar pada kuartal I 2024. Asal tahu saja, SMRA menargetkan marketing sales sebesar Rp 5 triliun di tahun 2024.

Baca Juga: Selektif Memilah Buyback Emiten, Berikut Barisan Saham yang Layak Koleksi

Melansir laporan perusahaan, sebanyak 84% marketing sales SMRA pada kuartal I 2024 berasal dari penjualan rumah. Produk ruko menyumbang 3%, landplot 7%, dan apartemen 7%.

PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mencatatkan raihan marketing sales ini mencapai 30% dari target total tahun 2024 Perseroan yang sebesar Rp 11,1 triliun. Capaian realisasi ini melampaui rata-rata historis dalam 5 tahun terakhir yang ada di level 24% di periode kuartal I. 

Penjualan rumah tapak berkontribusi 80% dari total marketing sales CTRA. Diikuti ruko sebesar 17% dan apartemen 3%.

PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) mencatatkan marketing sales sebesar Rp 385 miliar. Pencapaian ini ditopang oleh penjualan rumah di kawasan Grand Pakuwon & Pakuwon City, penjualan unit di Superblock Pakuwon Bekasi, tower Bella di Pakuwon City Surabaya, tower Clayson di Pakuwon Mall serta penjualan unit tower One Icon di Tunjungan Plaza 6.

PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) membukukan prapenjualan sebesar Rp 2,22 triliun per Maret 2024. Ini sekitar 23% dari target tahun penuh BSDE yang sebesar Rp 9,50 triliun. Capaian ini naik 3% dibandingkan dengan kinerja penjualan pemasaran periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,15 triliun.

Segmen prapenjualan residensial menjadi penyumbang terbesar terhadap marketing sales BSDE dengan 57% dari total prapenjualan kuartal pertama 2024 atau sebesar Rp 1,26 triliun. Sedangkan, prapenjualan komersial, termasuk lot komersial, apartemen dan ruko, menyumbang sebesar Rp 965,00 miliar, mewakili 43% dari total penjualan prapenjualan 2024. 

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, sebenarnya sentimen positif properti adalah terkait dengan implementasi dari kode kebijakan penerapan PPT DPP.

Selain itu, masih ada potensi penerapan kebijakan pelonggaran moneter oleh sejumlah bank sentral di dunia. Hal ini masih belum pasti, tetapi sentimen positifnya masih terasa. Apalagi, per kuartal I 2024 suku bunga Bank Indonesia (BI) masih di level 6%.

“Jika suku bunga bank sentral jadi turun, maka BI rate yang sempat menaikkan suku bunga ke 6,25% bisa kembali diturunkan,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (24/5).

Baca Juga: Kinerja MAPI dan MAPI Ditopang dari Ekspor, Begini Rekomendasi Analis

Dengan potensi besar pelonggaran kebijakan moneter, kinerja emiten properti punya prospek yang cukup cerah di sepanjang tahun 2024. 

Era suku bunga yang tinggi dilihat Nafan sudah mulai berakhir di tahun ini. Nantinya, akan berlanjut ke tahun-tahun berikutnya, sehingga bisa memberikan dampak positif ke kinerja emiten properti. Hal ini terkait dengan sistem pembayaran properti menggunakan kredit pemilikan rumah (KPR).

Sebagai gambaran, SMRA misalnya, sebesar 55% marketing sales di kuartal I 2024 dibayarkan dari kredit pemilikan rumah (KPR). Lalu, pembayaran menggunakan cash sebesar 25% dan development installment sebesar 20%.

“Penyesuaian penetapan bunga KPR nanti bisa menstimulasi permintaan atau dalam hal ini permintaan kredit, khususnya di sektor properti,” ungkapnya.

Nafan pun merekomendasi accumulative buy untuk BSDE, CTRA, dan SMRA dengan target harga terdekat masing-masing Rp 1.000 per saham, Rp 1.215 per saham, dan Rp 565 per saham.

Pengamat pasar modal & Founder WH-Project William Hartanto melihat, pergerakan saham BSDE berada di level support Rp 945 per saham dan resistance Rp 1.020 per saham. William merekomendasikan beli untuk BSDE dengan target harga Rp 1.020 per saham.

Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, William Wibowo melihat, pergerakan saham MTLA berada di level support Rp 342 per saham dan resistance Rp 430 per saham. William pun merekomendasikan speculative buy untuk MTLA dengan target harga Rp 430 per saham.

 
MTLA Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi