KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Prospek bisnis dan investasi pabrik pengolahan dan pemurnian mineral atau smelter kian cerah. Satu indikasinya, sejumlah konglomerat nasional beramai-ramai masuk bisnis smelter.
Misalnya, Adaro Group milik taipan TP Rachmat dan Boy Thohir itu akan membangun smelter aluminium di Kalimantan Utara. Kalla Group melalui PT Bumi Mineral Sulawesi juga bakal membangun smelter nikel di Sulawesi, yang menggandeng Posco asal Korea Selatan.
Ada pula pemilik Jhonlin Group, Andi Syamsuddin Arsyad atau Haji Isam. Jhonlin Group akan menginvestasikan US$ 440 juta atau setara sekitar Rp 6,3 trilliun untuk membangun smelter nikel di Kalimantan Selatan.
Ada pula PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA), melalui entitas asosiasi PT Well Harvest Winning Alumina Refinery, perusahaan Grup Harita itu sedang membangun Smelter Grade Alumina (SGA) tahap II berkapasitas 1 juta ton SGA per tahun.
Konglomerat lainnya, yakni Arifin Panigoro, membangun smelter tembaga di Sumbawa melalui Amman Mineral (lihat infografik).
Direktur Utama PT Bumi Mineral Sulawesi Afifuddin Suhaeli Kalla menyatakan, 24% cadangan nikel dunia berada di Indonesia dan mayoritas di Sulawesi. "Kami sebagai putera daerah Sulawesi ingin masuk ke dalam pemurnian nikel karena kami melihat sudah banyak smelter yang hadir di Sulawesi, tapi rata-rata asing," kata dia kepada KONTAN, Kamis (23/12).
Sedangkan PT Adaro Aluminium Indonesia meneken Surat Pernyataan Maksud Investasi atau Letter of Intention to Invest untuk membangun smelter aluminium di Kawasan Industri Hijau Indonesia. Proyek smelter itu menelan investasi US$ 728 juta.
"Kami berharap bisa membantu mengurangi impor aluminium, memberikan nilai tambah terhadap alumina serta meningkatkan penerimaan pajak negara," kata Ario Rachmat, Wakil Presiden Direktur ADRO, dalam keterangan resmi, Kamis (23/12).
Sementara Amman Mineral mengembangkan smelter di Sumbawa berkapasitas 900.000 ton per tahun yang ditargetkan selesai tahun 2023. Proses pembangunan smelter tersebut mencapai 27,56% per Juli 2021, sesuai target minimum pembangunan. "Kami akan melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan proyek secepat mungkin," kata Rachmat Makkasau, Presiden Direktur Amman Mineral, Kamis (23/12).
Demi memperlancar pelaksanaan proyek smelter, Amman Mineral mengajukan insentif seperti tax holiday, kemudahan bea masuk, hingga perizinan terkait.
Indonesia Mining Association (IMA) melihat sejumlah motif masuknya para taipan ke bisnis smelter, termasuk menjaring keuntungan. Pelaksana Harian Direktur Eksekutif IMA, Djoko Widajatno berpendapat, kehadiran Haji Isam di industri smelter, misalnya, lantaran melihat peluang yang menjanjikan.
Adapun ADRO masuk smelter terkait perkembangan industri hasil smelter bauksit dalam rangka memenuhi kebutuhan industri konstruksi dan otomotif.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) Prihadi Santoso berharap tak hanya konglomerat nasional yang tertarik berinvestasi di industri smelter, melainkan para pengusaha daerah.
"Para pengusaha daerah yang mengenal kekayaan dan potensi daerah masing-masing dapat memanfaatkan momentum ini," imbuh dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News