KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) berhasil menguat 23,42 poin atau 0,41% ke 5.783,33 pada akhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (27/11). IHSG sudah melesat hingga 12,77% dalam sebulan terakhir. Di tengah tren penguatan IHSG, pasar saham Indonesia juga kembali menorehkan rekor nilai transaksi dan frekuensi tertinggi di pasar reguler pada perdagangan Rabu (25/11), dengan nilai transaksi mencapai Rp 18,17 triliun dengan frekuensi transaksi sebanyak 1,42 juta kali. Sedangkan volume transaksi bursa kala itu mencapai 35,02 miliar saham. Jika mengutip data dari RTI, saham-saham yang paling aktif ditransaksikan berdasarkan volumenya meliputi Smartfren Telecom Tbk (
FREN), PT PP Properti Tbk (
PPRO), PT Karya Bersama Anugerah Tbk (
KBAG) dan PT Kapuas Prima Coal Tbk (
ZINC).
Baca Juga: IHSG menguat 3,80% dalam sepekan disokong masuknya dana asing Lalu PT Bumi Resources Tbk (
BUMI), PT Putra Rajawali Kencana Tbk (
PURA), Aneka Tambang (Persero) Tbk (
ANTM), PT Alam Sutera Realty Tbk (
ASRI), PT Sentul City Tbk (
BKSL), dan PT Waskita Beton Precast Tbk (
WSBP). Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, salah satu faktor saham-saham tersebut masuk jajaran saham teraktif karena mayoritas sahamnya memiliki
market cap kecil atau saham lapis ketiga dan dua, kecuali ANTM. Menurutnya, investor ritel banyak berburu saham-saham tersebut karena dinilai masih memiliki harga yang murah pada saat itu dan harganya juga bisa dibilang terjangkau. “Kemudian potensi kenaikannya sangat tinggi jika dibandingkan saham lapis pertama,” terangnya ketika dihubungi Kontan, Jumat (27/11). Dari jajaran saham-saham itu, Sukarno melihat saham FREN bisa jadi pilihan. Hal ini lantaran dari banyak emiten telekomunikasi, saham FREN masih tertinggal sehingga memiliki potensi untuk menguat ke depannya.
Baca Juga: IHSG melesat 3,80%, asing mengakumulasi net buy Rp 300 miliar sepekan Sementara itu, ia menyarankan pelaku pasar untuk tetap hati-hati dengan saham-saham lainnya karena harganya sangat fluktuatif. Selain FREN, ia bilang saham ASRI dan saham BEST juga menarik karena tren suku bunga dalam tren penurunan, ini jadi salah satu sentimen positif untuk emiten ini. “Untuk PPRO dan BKSL lebih ke spekulasi, harus hati-hati. Jika dilihat dari fundamental, ANTM bisa jadi pilihan,” tambahnya. Walaupun demikian, sambungnya, investor yang akan memilih saham ANTM bisa mempertimbangkan harga emas yang berkorelasi terbalik jika ekonomi sudah mulai membaik, dan harga emas bisa turun. Di lain sisi, penopang kinerja ANTM adalah dari pertambangan nikel seiring dengan melesatnya harga komoditas nikel. Sukarno merekomendasikan saham
buy on weakness saham FREN di kisaran Rp 62-Rp 63 dengan target harga Rp 86, ASRI dengan target harga Rp 300 dan BEST dengan target harga Rp 250. Sedangkan, saham-saham yang paling aktif ditransaksikan berdasarkan nilainya adalah Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (
BBRI), Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (
TLKM), Bank Central Asia Tbk (
BBCA), Aneka Tambang (Persero) Tbk (
ANTM), Bank Mandiri (Persero) Tbk (
BMRI), dan Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (
BBNI).
Baca Juga: IHSG Perdagangan 27 November 2020 Naik 0,40% ke Level 5.759 Sukarno menambahkan saham-saham tersebut memiliki prospek yang bagus dan seluruhnya menarik untuk dijadikan pilihan. “Sektor Infrastruktur bagus, di industri telekomunikasi dan
tower. Sentimen
Omnibus Law bisa menguntungkan sektor ini, asing berpotensi banyak masuk nantinya,” lanjut Sukarno. Ia juga memandang sektor perbankan tersebut masih cukup oke dengan fundamental yang terbilang kuat. Dilihat dari valuasinya, ia bilang BBNI menjadi yang paling murah apabila melihat
Price Book Value (PBV)-nya, adapun PBV BBNI berada di 1,07 kali. Bagi investor, ia menyarankan bisa melakukan akumulasi beli atau
hold saham-saham tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi