Seed investor dominasi tren startup tahun depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan startup di Indonesia tidak lengkap tanpa adanya kehadiran investor. Golden Gate Ventures sejak pertengahan 2016 telah menyiapkan dana segar sebesar US$ 60 juta untuk disuntikan ke usaha rintisan atau startup yang ada di Asia Tengara. Berbicara tren investor startup tahun depan, Dea bilang masing-masing investor memiliki ketentuan sendiri dalam mencari startup yang akan didanai. "Tergantung mereka latar belakang mereka apa, corporate investor biasa mencari startup yang bisa memberikan nilai lebih bagi group corporate mereka," papar Dea. Golden Gate Ventures sendiri bakal mencari startup yang akan menjadi unicorn atau yang startup yang bisa menyelesaikan masalah kecil tapi membawa dampak yang besar atau memiliki program yang rill. Dea yakin pendanaan Venture Capital pada tahun depan akan terus bertambah. "Cuma yang jadi pertanyaannya, dari segitu banyak dana, berapa banyak yang sebenarnya akan disalurkan kepada startup. Soalnya industrinya sudah mulai matang. Kita juga sudah tahu trennya seperti apa. Sehingga lebih selektif," jelas Dea. Namun Dea masih melihat investor yang baru masuk ke Indonesia seperti investor asal China masih memiliki kemungkinan untuk mencoba-coba berbagai bisnis rintisan yang ada. "Sekarang tren yang banyak lebih ke investor yang kecil-kecil yakni seed investor yang menanamkan uangnya Rp 1,3 miliar sampai Rp 6 miliar. Baik itu lokal maupun asing. Investor yang ada semakin banyak," tutup Dea. 

"Saat ini banyak sekali kita lihat dana investasi asing yang masuk ke Indonesia. Paling banyak berasal dari China. Walaupun dari Korea juga ada. Bahkan mereka secara langsung masuk ke Indonesia," ungkap Business Development Golden Gate Ventures Dea Surjadi kepada Kontan.co.id pada Kamis (2/11) di Jakarta.

Hal ini lantaran kompetisi startup yang padat dan sudah banyak dana investasi yang sudah dikucurkan di negara asal mereka seperti China. Sehingga investor mencari pasar baru dimana terdapat banyak peluang, banyak hal yang bisa diatasi seperti di Indonesia, serta dapat memberikan untung yang lebih besar.


"Begitupun dengan Singapura walaupun peluangnya besar diterapkan di sana namun pasar Singapura kecil," tambah Dea.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina