Segan ke Bank, Pelaku UMKM Rorotan Jakut Cari Informasi Perbankan di Pojok Mantri BRI



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kawasan Rorotan, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara memiliki potensi yang besar untuk melahirkan para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Sebab, sebagian besar dari warganya adalah pelaku usaha di bidang perdagangan, pertanian, dan peternakan.

Selain daerahnya masih asri dengan bentangan sawah yang luas nan hijau. Air irigasi yang mengalir deras menjadi pemandangan yang segar tatkala menyambangi daerah Rorotan. Layaknya desa, Rorotan bisa disebut daerah yang masih original di DKI Jakarta.  

Dengan profil penduduk yang dipenuhi pelaku UMKM di sana, BRI Unit Rorotan sudah menyalurkan kredit sekitar Rp 57 miliar tahun lalu. Heri Santoso Kepala Unit BRI Rorotan mengungkapkan, hingga saat ini jumlah nasabah BRI Unit Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara mencapai 1.700 nasabah.


Profil nasabahnya mayoritas adalah pelaku UMKM dengan beragam sektor bisnis, dari pedagang, peternak, sampai petani. "Kami sudah menyalurkan Rp 57 miliar tahun lalu," imbuh Heri pekan lalu kepada Kontan.co.id, di kantornya.

Ia mengatakan, warga di Rorotan yang umumnya adalah pelaku UMKM sangat ramah dengan kedatangan BRI. Sebab, selama bertahun-tahun para pelaku UMKM di Rorotan meminjam kepada rentenir. Namun memang tak mudah untuk meminta mereka datang ke Bank dan beralih ke perbankan.

"Teman-teman Mmarketing dan analisis mikro (Mantri) BRI yang menyambangi mereka, berbaur, dan memberi pengetahuan," urai dia.

Ambil contoh, bertahun-tahun mereka meminjam dari rentenir dengan bunga harian. Hal itu menjadi tantangan para Mantri BRI untuk menjelaskan soal perlunya memaksimalkan pendapatan dengan tidak meminjam ke rentenir. Tentu dengan literasi keuangan yang maksimal.

"Mereka pinjam dengan bunga harian dari rentenir. Makanya kami punya produk yang fleksibel, bisa harian, mingguan, atau bulanan bayarnya. Kami menyesuaikan dengan pola usaha mereka," kata dia.

Heri menjelaskan, dengan pola seperti itu pelaku UMKM di Rorotan bisa menikmati penghasilannya secara maksimal karena tidak terbebani bunga yang tinggi.

Ia berkisah, di Rorotan juga terkenal sebagai penghasil telur asing. Sebab di sini peternak bebek menjamur, namun sebelum BRI masuk. Mereka selalu menjual telurnya tanpa ada proses diasinkan. Hasilnya, pendapatan mereka tidak maksimal.

"Kalau dijual telur saja, hanya Rp 1.500 per butir, kalau sudah jadi telur asing Rp 3.000 per butir. jadi bukan Brebes saja penghasil telur asin, sekarang Rorotan juga," urai dia.

Peternak bebek di sana juga tak lepas dari rentenir. Sebeb itu, BRI mencoba memberikan edukasi kepada mereka agar bisnis telur bebek bisa maksimal.

"Kalau mereka ingin bertanya tidak datang ke Bank BRI, mereka segan kalau ke sini. Makanya kami bikin Pojok marketing dan analisis mikro (Mantri) di Kelurahan," ungkap dia.

Ia menjelaskan, di Pojok Mantri BRI tersebut ada edukasi soal pinjaman dan soal usaha yang digeluti. Dari BRI ada marketing dan analisis mikro (Mantri) yang setiap dua jam sekali bergantian untuk memberi penjelasan di Pojok UMKM BRi tersebut. "Kami bangun Pojok Mantri agar mereka mau datang," kata Heri.

Ia menjelaskan bahwa pihaknya juga sekarang gencar melakukan edukasi soal QRIS. Dengan pembayaran digital ini membuat mudah para pelaku UMKM. Saat ini semua dagangan pelaku UMKM sudah dipasang barcode QRIS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini