KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gaya hidup masyarakat yang lebih peduli terhadap produk sehat dan alami menjadi berkah bagi PT Segar Kumala Indonesia Tbk (
BUAH). Tren ini membawa peluang bagi BUAH memetik prospek bisnis yang cerah. Emiten yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Agustus 2022 ini merupakan importir dan pedagang besar buah-buahan, sayuran, dan daging unggas beku. Manajemen BUAH optimistis bisa menggelar ekspansi sembari menjaga pertumbuhan kinerja. Direktur Utama Segar Kumala Indonesia, Renny Lauren, mengungkapkan pihaknya membidik pertumbuhan penjualan sebesar 40%-50% sepanjang tahun ini. BUAH mencuil peluang di tengah momentum
new normal dan pemulihan ekonomi pasca pandemi covid-19.
"Dengan kondisi ekonomi saat ini kami tetap yakin bisa terus tumbuh karena masyarakat fokus dengan pola hidup sehat. Untuk pendapatan, kami akan berusaha dengan maksimal mendapatkan hasil yang memuaskan," ujar Renny kepada Kontan.co.id, Jumat (26/8).
Baca Juga: Segar Kumala (BUAH) akan Bangun 3 Gudang Baru di 2022, Siapkan Capex Rp 19,4 Miliar Dalam kurun tiga tahun terakhir, kinerja BUAH terbilang ranum. Ada pertumbuhan yang cukup solid dari sisi
top line maupun
bottom line. Pada tahun 2021, BUAH membukukan penjualan neto senilai Rp 1,02 triliun atau naik 32,79% secara Year on Year (YoY). Sejalan dengan itu, laba neto BUAH pun tumbuh 37,19% menjadi Rp 37,73 miliar. Hingga kuartal pertama tahun ini, momentum pertumbuhan kinerja bisa terjaga. BUAH meraih penjualan bersih sebesar Rp 280,33 miliar atau naik 31,73% secara YoY. Pada periode yang sama, laba neto BUAH meningkat 14,90% ke angka Rp 11,18 miliar. "Masih
on the track dari target," imbuh Renny.
Baca Juga: Resmi Tercatat di Bursa, Saham Segar Kumala Indonesia (BUAH) Melesat 24,74% Pelaksanaan Initial Public Offering (IPO) menjadi stategi BUAH untuk mengakselerasi pertumbuhan. Lewat aksi korporasi ini, Segar Kumala Indonesia memanen dana segar sebesar Rp 77,6 miliar usai melepas sekitar 20% sahamnya ke publik. Setelah dikurangi biaya-biaya emisi, sebanyak 75% dari dana tersebut akan dipakai sebagai modal kerja. Sisanya dialokasikan untuk membuka cabang baru. Anggaran yang akan digunakan sebagai
capital expediture (capex) sebesar Rp 19,4 miliar untuk pembukaan tiga gudang penyimpanan dengan pendingin (
cold storage) baru. Estimasi untuk pembangunan satu gudang memerlukan biaya sekitar Rp 4 miliar-Rp 5 miliar. Satu gudang yang berlokasi di Aceh sudah dibuka pada bulan Juni lalu. Dua gudang lainnya berada di Kendari (Sulawesi Tenggara) dan di Palu (Sulawesi Tengah), yang ditargetkan dapat dibuka pada bulan September 2022 dan Desember 2022.
Baca Juga: Incar Rp 77,6 Miliar, Segar Kumala Indonesia (BUAH) Patok Harga IPO di Rp 388 Memperluas Pasar
Penambahan gudang baru itu menjadi langkah penting dalam memperluas pasar. Saat ini BUAH punya sembilan cabang
cold storage dan distribusi aktif di Jakarta, Makassar, Balikpapan, Medan, Bali, Yogyakarta, Ambon, Surabaya, dan Manado. Dalam proses bisnisnya, BUAH memiliki tiga jalur distribusi utama yang berpusat di Medan, Jakarta, dan Surabaya. Buah-buahan yang diimpor tiba di tiga pelabuhan utama tersebut untuk didistribusikan ke gudang penyimpanan
cold storage. Pedagang besar buah-buahan dan sayuran dengan merek SK ini mengimpor produk dari sejumlah negara, di antaranya adalah China, Amerika, Australia, Argentina, Mesir, Peru, India, dan New Zealand.
Baca Juga: Gelaran IPO Masih Ramai pada Paruh Kedua 2022, Berpeluang Lampaui Capaian Tahun 2021 BUAH memiliki tim khusus yang bertugas memastikan kualitas produk terjaga secara baik dan produk didapat dengan harga yang kompetitif. Setelah diterima, buah dan sayur disimpan sesuai karakteristik suhu dan daya simpan.
Produk dengan daya simpan yang lebih pendek akan ditawarkan kepada pelanggan sebelum tiba (
preselling). Kemudian pada saat barang tiba di Indonesia dapat langsung dikirimkan kepada pelanggan untuk menjaga kualitasnya. Lalu, tipe buah lainnya akan didistribusikan ke cabang distribusi BUAH untuk disimpan dan dijual kepada mitra. Dengan proses ini, BUAH memastikan ketersediaan stok barang bisa tetap stabil, terutama untuk item yang banyak diminati pasar seperti apel, anggur, jeruk, dan pir. Sedangkan dari segi wilayahnya, Renny membeberkan bahwa Jakarta dan Surabaya masih menjadi pasar terbesar. "Kemudian porsi lainnya dipegang oleh Yogyakarta, Makassar, Medan, Balikpapan, Bali, dan beberapa kota besar lainnya," imbuh Renny. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati