KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Intiland Development catatkan penurunan pendapatan hingga akhir September. Hal tersebut disebabkan perubahan kondisi pasar properti. Archied Noto Pradono, Direktur Intiland memaparkan bahwa kondisi pasar properti saat ini pertumbuhannya lebih didorong oleh penjualan maupun peluncuran proyek-proyek residensial baru yang menyasar segmen pasar menengah atas. Sedangkan, pihaknya di tahun ini tidak banyak meluncurkan proyek baru.
Baca Juga: Marketing sales Intiland Development (DILD) baru mencapai 34,5% di akhir September "Beberapa proyek baru yang kami luncurkan hampir seluruhnya produk residensial yang menyasar segmen pasar menengah atas," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima kontan.co.id, Senin (28/10). Akibatnya, pendapatan perseroan di tahun ini alami penurunan 23,4% menjadi Rp 1,9 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,4 triliun. Ia menjabarkan dari pendapatan yang diperoleh sepanjang 9 bulan kemarin segmen
mixed used &
highrise menjadi kontributor terbesar dengan kontribusi Rp 858 miliar atau setara 46,3%. Selanjutnya, diikuti segmen residensial yang berkontribusi Rp 472,2 miliar atau setara 25,5%. Kemudian, dari pengembangan kawasan industri berkontribusi 62,4 miliar setara 3,4%. Terakhir berasal dari pendapatan berulang perseroan melalui persewaan ruang perkantoran, manajemen properti, dan pengelolaan sarana olahraga yang berkontribusi Rp 461,7 miliar atau setara 24,9%. Archid menuturkan segmen pendapatan berulang alami pertumbuhan 7,2% secara yoy. Karenanya pihaknya mencoba untuk lebih meningkatkan porsi segmen tersebut untuk mendongkrak pendapatan.
Baca Juga: Laju penyaluran KPR di sejumlah bank melempem hingga kuartal III 2019 ini "Peningkatan kontribusi dari penyewaan ruang perkantoran dan ritel menjadi prioritas untuk memperbesar pendapatan usaha yang bersumber dari pendapatan berulang," terangnya. Dari sisi profitabilitas, emiten dengan kode saham
DILD ini juga alami penurunan. Hal tersebut lantaran selain penurunan pendapatan juga karena peningkatan beban bunga sehingga perseroan mencatatkan laba bersih Rp 6,5 miliar sedangkan pada periode yang sama tahun lalu pihaknya mencatatkan laba bersih Rp 122,9 miliar.
Menghadapi hal tersebut, manajemen Intiland berupaya untuk mengejar pertumbuhan kinerja keuangan pihaknya akan berfokus pada penjualan produk inventori yang sudah jadi. Menurutnya penjualan dari inventori itu bisa langsung diakui dan dibukukan sebagai pendapatan usaha. "Kami punya inventori produk di beberapa proyek yang sudah jadi, seperti Apartemen 1Park Avenue, Praxis, Aeropolis, dan di proyek perumahan," pungkasnya.
Baca Juga: Ini capaian Wijaya Karya Beton (WTON) sepanjang kuartal III-2019 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi