KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan harga batubara di 2023 menjadi sentimen negatif bagi saham-saham perusahaan pertambangan batubara, termasuk PT Harum Energy Tbk (
HRUM). Harga batubara saat ini berada di sekitar US$ 160 per ton atau turun sekitar 60% sejak awal tahun. Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan, harga batubara memang cenderung turun pada tahun ini. Akan tetapi, harga batubara saat ini masih lebih tinggi dibanding harga tertinggi sebelum pandemi Covid-19 yang sebesar US$ 116 per ton. Menurut Cheril, HRUM sudah mempersiapkan diri untuk penurunan harga batubara, setelah sempat mencapai puncaknya pada tahun lalu. Hal itu terlihat dari ekspansi HRUM ke komoditas nikel sehingga kini tidak hanya mengandalkan batubara.
"Pada kuartal IV-2022, porsi penjualan nikel terhadap pendapatan naik signifikan jadi ini bisa meminimalkan dampak penurunan harga batubara," ucap Cheril saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (25/5). Cheril melihat, dalam jangka pendek, saham HRUM akan tetap melemah. Pasalnya,
average selling price (ASP) batubara berpotensi turun di kuartal kedua 2023 dan menanti hasil ekspansi ke komoditas nikel. Meskipun begitu, untuk jangka menengah hingga panjang, HRUM masih prospektif. Hal ini didukung oleh ekspansi HRUM ke nikel seiring pesatnya perkembangan kendaraan listrik dan elektronik global setelah pandemi.
Baca Juga: Harum Energy (HRUM) Targetkan Penjualan 5,5 Juta Ton Batubara Sepanjang Tahun 2023 Berdasarkan riset tanggal 10 April 2023, Analis Sinarmas Sekuritas Axel Leonardo mengatakan, segmen nikel HRUM saat ini dijalankan oleh beberapa anak perusahaan. Pertama, PT Position (POS) yang memiliki tambang nikel limonit dan saprolit. Kedua, Infei Metal Industry (IMI) dan Westrong Metal Industry (WMI) yang memiliki smelter nickel pig iron (NPI)/ferronickel (FeNi). Ketiga, sebuah perusahaan nikel di Australia bernama Nickel Mines Limited (NIC). Selama tahun 2022, segmen nikel memberikan kontribusi US$ 39 juta atau sekitar 12%-13% terhadap laba bersih HRUM yang totalnya mencapai US$ 302 juta. Porsi terbesar berasal dari IMI yang berhasil menjual 25 ribu ton nikel dalam bentuk NPI. Untuk ke depannya, HRUM menargetkan POS akan mulai beroperasi pada kuartal IV-2023 dengan kapasitas produksi bijih nikel sebanyak 500.000 wet metric ton (wmt). Kapasitas ini akan ditingkatkan secara bertahap menjadi 2,5 juta-3,5 juta wmt pada tahun 2024-2026. Untuk IMI, HRUM menargetkan jumlah nikel yang dapat dijual stabil di 28.000 ton pada 2023-2026. Sementara bagi WMI, perusahaan diharapkan dapat mulai berproduksi pada 2024 dengan 5.000 ton penjualan nikel untuk awalan. "Secara keseluruhan, Sinarmas Sekuritas memperkirakan segmen nikel akan menyumbang hingga 30% dari laba bersih HRUM tahun 2023 dan sekitar 60% dari laba bersih 2024," ungkap Axel dalam risetnya. Meskipun begitu, secara keseluruhan, laba bersih HRUM pada 2023 diperkirakan turun 12% year on year (yoy) dari US$ 302 juta pada 2022. Hal ini sejalan dengan penurunan harga batubara yang diperkirakan sebesar 30% yoy menjadi rata-rata US$ 250 per ton dan ongkos produksi yang lebih tinggi. Axel memproyeksi, produksi batubara HRUM pada 2023 akan naik tipis sebesar 2% yoy menjadi 5,5 juta ton, dari 5,4 juta ton pada 2022. Utilisasinya sekitar 90% dari total kapasitas sebesar 6 juta ton. HRUM menyatakan bahwa tambang Karya Usaha Pertiwi (KUP) akan ditutup pada kuartal II-2023 sehingga akan mengalihkan peralatan dan tenaga kerja ke Santan Batu Bara (SBB) setelah masa pemeliharaannya selesai. Kapasitas produksi keseluruhan seharusnya tidak terpengaruh, sebab SBB memiliki kapasitas yang mirip dengan KUP.
Baca Juga: HRUM: Permintaan Batubara di Pasar Global Masih Menunjukkan Tren Positif Tahun Ini Dalam riset tanggal 6 April 2023, Analis Sucor Sekuritas Andreas Yordan Tarigan melihat segmen nikel akan berkontribusi lebih terhadap kinerja HRUM di tengah penurunan harga batubara. Laba bersih segmen nikel diprediksi dapat meningkat 65% yoy pada 2023 seiring dengan beroperasi tambang nikel milik POS dan smelter NPI baru milik WMI. Sejalan dengan itu, kontribusi segmen nikel terhadap laba bersih HRUM diprediksi naik menjadi 21% pada 2023, dari 12%-13% pada tahun lalu. Oleh karena itu, Sucor Sekuritas memprediksi laba bersih HRUM secara keseluruhan masih dapat naik 2% yoy menjadi US$ 306 juta meski harga batubara tengah melemah.
Sucor Sekuritas merekomendasikan buy HRUM dengan target harga jangka panjang Rp 2.700 per saham. Untuk jangka waktu 12 bulan, Sinarmas Sekuritas juga merekomendasikan add HRUM dengan target harga Rp 1.800 per saham karena beroperasinya tambang POS akan menjadi katalis positif bagi HRUM. Sementara itu, untuk jangka waktu tiga bulan, rekomendasi Sinarmas Sekuritas adalah netral karena penurunan ASP batubara akan berefek pada pertumbuhan laba per saham. Di sisi lain, Cheril merekomendasikan hold HRUM dengan target harga jangka pendek-menengah di Rp 1.350 per saham. Pada perdagangan Kamis (25/5), HRUM ditutup turun 0,39% ke level Rp 1.280 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi