JAKARTA. Pasar saham mulai pulih. Manajer investasi PT Sucorinvest Asset Management optimistis return reksadana saham sepanjang tahun 2015 bakal berkisar minus 10% hingga minus 15%. Adapun secara year to date hingga 13 Oktober 2015, rata-rata return reksadana saham yang tercermin pada Infovesta Equity Fund Index mencapai minus 21,94%. Wajar, Investment Director Sucorinvest Jemmy Paul Wawointana berujar, pihaknya mulai agresif masuk ke pasar saham dengan menambah porsi dari semula 80% menjadi 92% saat ini.
Alasannya, lanjut Jemmy, optimistisnya perekonomian Indonesia akan membaik seiring belanja pembangunan infrastruktur yang mulai mengalir. “Stimulus pemerintah juga akan terasa hingga tahun depan. Kami pilih saham sektor perbankan dan infrastruktur, seperti semen dan kontraktor,” jelasnya. Sebab, valuasi saham bank dalam negeri sudah sangat murah, terlihat dari
Price to Book Value (PBV) perbankan saat ini mulai mendekati PBV pada tahun 2008 kala Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi tajam. Sekadar informasi, PBV merupakan salah satu cara untuk mengukur nilai suatu saham, apakah murah atau mahal. Namun, saat daya beli masyarakat dan perekonomian mulai bangkit, saham perbankan yang akan melaju duluan. Jika kondisi pulih, lanjut Jemmy, pihaknya akan menggemukkan porsi saham dalam racikan produk mereka hingga maksimal 97%. Sisanya sekitar 3% berupa uang tunai (cash) untuk keperluan penjualan kembali (redemption).
Jemmy menerawang, return reksadana saham sepanjang tahun 2016 bakal berkisar 20%, sejalan dengan IHSG yang diperkirakan bakal bertengger dalam kisaran 5.700 – 6.000. Ekspektasi ekonomi Tanah Air akan pulih, disokong oleh penguatan rupiah dan membaiknya infrastruktur dalam negeri. Dengan catatan, pemerintah berkomitmen merealisasikan tiga paket kebijakan ekonomi yang meluncur beberapa pekan lalu. Perekonomian China juga akan lebih stabil sehingga menjadi katalis positif bagi harga komoditas. “Menurut saya, faktor ketidakpastian tidak ada lagi karena Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed akan menaikkan suku bunga acuan paling telat awal tahun 2016,” tuturnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto