Sejak awal tahun, harga minyak terkoreksi 8,01%



JAKARTA. Pemberlakuan program pemangkasan produksi oleh Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan beberapa negara penghasil minyak rupanya belum berhasil mengembalikan harga seperti tahun kemarin. Akibat tekanan peningkatan pasokan dan cadangan Amerika Serikat (AS), selama kuartal I minyak mentah justru mengalami koreksi.

Mengutip Bloomberg, Rabu (5/4) pukul 16.15 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Mei 2017 tercatat menguat 1,04% ke level US$ 51,56 per barel dibanding hari sebelumnya. Namun jika dibandingkan dengan akhir tahun kemarin, harganya justru menyusut sekitar 8,01%. Kala itu minyak WTI ditutup pada harga US$ 56,05 per barel.

Sebenarnya di awal tahun 2017 harga minyak masih sempat mencatatkan level tertingginya sejak Agustus 2016. Pada 6 Januari minyak mentah bertengger di level US$ 56,37 per barel. Namun seiring peningkatan produksi AS, harganya perlahan mengalami koreksi. Di bulan Maret minyak WTI mengalami koreksi hingga level 47,70 per barel.


Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoin Futures mengatakan hal tersebut terjadi karena kekhawatiran pasar akan peningkatan produksi minyak mentah AS. Cadangan minyak dan rig pengeboran aktif negeri Paman Sam itu terus bertambah dan mengalahkan pengaruh pemangkasan produksi yang dilakukan OPEC.

“Walaupun tingkat kepatuhan akan kesepakatan OPEC cukup tinggi tetapi harga minyak masih dibayangi kenaikan produksi AS,” ungkapnya.

Kedua sentimen tersebut justru saling tarik menarik. Ketika data produksi dan cadangan minyak AS dirilis positif itu akan membuat harga mengalami koreksi. Minyak WTI baru mulai beranjak naik di penghujung kuartal I.

Sentimen positif datang dari rencana OPEC untuk melanjutkan program pemangkasan produksi hingga akhir tahun 2017 dan cadangan minyak AS pun dirilis mengalami penurunan. Laporan American Petroleum Institute (API) menunjukkan pada pekan yang berakhir 31 Maret lalu cadangan minyak AS mengalami penurunan sebanyak 1,8 juta barel. Padahal awalnya diperkirakan koreksi hanya sekitar 435 ribu barel saja.

“Cadangan minyak AS yang turun inilah yang mendominasi penguatan,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie