KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini dalam tren meningkat pesat. Harga saham blue chip ini meningkat 24% sejak awal tahun. Apakah saham blue chip ini layak dikoleksi? Saham blue chip adalah saham lapis satu dan telah memiliki pengalaman di bursa efek. Saham blue chip juga memiliki fundamental kuat dan nilai kapitalisasi pasar besar. Di BEI, saham blue chip biasanya berasal dari saham-saham di indeks mayor seperti LQ45. Salah satu saham LQ45 yang mengalami kenaikan harga adalah saham PT Indosat Tbk (ISAT).
ISAT Chart by TradingView Berdasarkan perhitungannya, ISAT akan menemui tantangan dalam meningkatkan ARPU. "Namun, kami optimis dengan tren peningkatan ARPU di industri dan kemampuan ISAT untuk meningkatkan efisiensi operasi dari monetisasi," tulisnya dalam riset, Kamis (4/7). Untuk implementasi AI, Paulus melihat kemitraan strategisnya dengan Nvidia dan Google akan memungkinkan ISAT untuk memonetisasi ukuran industri yang diharapkan sebesar US$ 2,4 miliar pada tahun 2028. Hal itu dengan menawarkan berbagai solusi cloud dan solusi perusahaan yang didukung oleh AI.
Dari sisi FBB, tingkat penetrasi ISAT saat ini sebesar 18%. Untuk mencapai target, diharapkan akan meningkat hampir dua kali lipat menjadi 35% pada tahun 2028, dengan potensi pasar mencapai US$ 4 miliar. "Indosat secara agresif berencana untuk meningkatkan basis pelanggannya menjadi 2 juta pelanggan, mengamankan 8-10% pangsa pasar pada tahun 2028," paparnya. Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas juga menilai positif target ISAT dalam lima tahun ke depan. Ia menghitung, untuk mencapai target tersebut maka dalam periode itu perseroan harus bisa menghasilkan CAGR 14,87% untuk bisa meningkat 100%. "Jika melihat lima tahun ke belakang, ISAT mampu menghasilkan CAGR 27%," ujarnya saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (15/7). Sukarno menilai, faktor pendukung ISAT dari potensi kenaikkan jumlah pelanggan seiring dengan peningkatan jumlah BTS. Sehingga bisa mendorong pada kenaikan ARPU. Untuk jangka pendek, hingga akhir tahun ini Sukarno berpandangan ISAT masih berpotensi mencetak pertumbuhan kinerja. Hal ini tak lepas dari capaian di kuartal I 2024. "Sentimen pendukungnya dari pertumbuhan pengguna seluler dan kenaikan ARPU, efesiensi biaya, perluas bisnis dan potensi meningkatkan pendapatan dari Al-Cloud, Keamanan & Platform Play," paparnya. Sebagai pengingat, ISAT mencatatkan pendapatan sebesar Rp 13,83 triliun di kuartal I 2024 atau naik 15,8% secara tahunan atau year on year (YoY). Sementara EBITDA ISAT naik 22,1% YoY ke Rp 6,50 triliun. Adapun untuk laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 39,36% YoY menjadi Rp 1,29 triliun. Kuartal I 2023, ISAT mencatatkan laba bersih sebesar Rp 929,06 miliar. Dus, Sukarno merekomendasikan hold ISAT dengan target harga Rp 11.900. Adapun risiko terkait rekomendasi tersebut, potensi kehilangan pelanggan akibat kenaikan ARPU yang agresif, persaingan yang semakin ketat di daerah pedesaan yang mana Telkomsel telah mendominasi, dan penurunan marjin konsolidasi setelah ekspansi yang agresif. Baca Juga: Saham Blue Chip Ini Jangan Dilewatkan Saat IHSG Mendaki Dekati Rp 7.300