KONTAN.CO.ID - Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara terbakar pada Jumat malam, 3 Maret 2023, pukul 20.11 WIB. Kejadian bermula dari terbakarnya pipa bahan bakar minyak atau BBM di kompleks tersebut hingga api meluas ke rumah-rumah warga di Jalan Tanah Merah Bawah RT 12 RW 09 Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Kemudian, pada pukul 3 pagi keesokan harinya, Sabtu, 4 Maret 2023, api baru benar-benar berhasil dipadamkan dan petugas pemadam kebakaran melakukan proses pendinginan. Rumah-rumah warga di sekitar depo Pertamina Plumpang pun kini tinggal tersisa puing-puingnya. Sejumlah kendaraan juga hangus terbakar.
Dikutip dari
Kompas.com (5/3/2023), setidaknya 17 orang meninggal, 51 orang yang lain mengalami luka bakar, dan lebih dari 1.300 orang mengungsi karena rumah mereka terdampak kebakaran depo Pertamina Plumpang.
Baca Juga: Buntut Kebakaran Terminal BBM Plumpang, Evaluasi Total Aset & Fasilitas BBM Pertamina Sejarah depo Pertamina Plumpang
Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang atau depo Pertamina Plumpang beroperasi mulai tahun 1974. Namun, mulai 1972 depo Pertamina Plumpang sudah mulai dibangun. Dikutip dari
Kompas.com (4/3/2023), saat itu, kawasan Plumpang masih didominasi rawa-rawa. Tetapi, karena perkembangan Kota Jakarta yang semakin masif, area kosong di sekitar depo Pertamina Plumpang berubah jadi pemukiman padat penduduk. Depo Pertamina Plumpang ini memiliki kapasitas tangki timbun sebesar 291.889 Kiloliter. Depo Pertamina Plumpang menyalurkan produk dengan varian yang sangat lengkap yaitu Premium, Bio Solar, Dex, Dexlite, Pertamax, Pertalite dan Pertamax Turbo, melalui
Terminal Automation System (TAS) berkelas dunia yang biasa disebut
New Gantry System ke kompartemen 249 unit mobil tangki.
Baca Juga: Bobroknya Pengawasan Dikutip dari laman resmi
Pertamina, Global Tank Storage menilai bahwa depo Pertamina Plumpang sebagai terminal BBM terpenting di Indonesia. Ini lantaran TBBM Plumpang menyuplai ke sekitar 20% kebutuhan BBM harian di Indonesia, atau ke sekitar 25% dari total kebutuhan SPBU Pertamina. Thruput BBM rata-rata sebesar 16.504 Kiloliter per hari dan wilayah distribusi utamanya meliputi Jabodetabek. Selain itu, depo Pertamina Plumpang juga bernah diakui sebagai salah satu tanki penyimpanan BBM terefisien di dunia.
Baca Juga: Pertamina Pastikan Pasokan BBM Tidak Terganggu Pasca Kebakaran TBBM Plumpang Pada penghargaan 2nd Global Tank Storage Award 2018, Plumpang dinobatkan menjadi Terbaik ke-2, setelah Saudi Aramco Terminals dalam kategori The Most Efficient Storage Terminal. Global Tank Storage Awards adalah ajang prestigius di industri Unit Penyimpanan (Storage and Terminal) yang diadakan oleh majalah Tank Storage di Rotterdam. Penghargaan bertujuan sebagai apresiasi terhadap perusahaan maupun individu yang berkecimpung di industri hilir Oil & Gas seluruh dunia yang memiliki
operasional terminal,
safety dan inovasi
excellent.
Baca Juga: Jokowi Beri Waktu 2 Hari ke Menteri BUMN dan Gubernur DKI soal Kebakaran Plumpang Depo Pertamina Plumpang dikepung pemukiman padat penduduk
Dikutip dari
Kompas.com (4/3/2023), Depo Pertamina Plumpang saat ini lokasinya terkepung pemukiman warga, terutama di sisi Utara. Bahkan tembok rumah warga saling menempel dengan tembok pembatas depo. Seperti yang tampak di citra satelit Google Maps, di sisi utara, selain pembatas tembok, sebenarnya pemukiman warga dan area depo juga dipisahkan jalan inspeksi yang berada di dalam area depo. Namun tetap saja, batas area pemukiman penduduk dengan depo Pertamina sangatlah sempit dan jauh dari kata aman. Sementara di sisi selatan dan timur, Depo Pertamina juga dikepung pemukiman padat.
Baca Juga: Terdampak Kebakaran di Depo Pertamina Plumpang, Apakah Bisa Klaim Asuransi? Tetapi kedua sisi ini, antara fasilitas penyimpanan BBM dan rumah warga, dipisahkan area perkantoran yang cukup luas milik PT Pertamina Niaga, sehingga relatif aman apabila terjadi ledakan. Di sebelah Barat, Depo Pertamina Plumpang dibatasi Jalan Arteri Yos Sudarso yang di atasnya berdiri Jalan Layang Tol Wiyoto Wiyono. Lahan di sekitar depo seharusnya dipakai untuk perimeter atau area kosong yang jadi batas terluar untuk keamanan apabila terjadi musibah. Sejauh ini belum ada informasi resmi dari Pertamina, apakah lahan sekitar depo berstatus tanah Pertamina yang diserobot warga, atau memang sudah menjadi milik masyarakat sekitar.
Baca Juga: Pertamina Diminta Fokus pada Bisnis Inti dan Meningkatkan Aspek Keselamatan Kebakaran depo Pertamina Plumpang 2009
Kebakaran yang melanda Depo Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara, pada Jumat (3/3/2023) lalu ternyata bukan yang pertama kali terjadi. Pada Januari 2009, Depo Pertamina Plumpang yang dikelilingi permukiman warga juga pernah terbakar. Kebakaran depo Pertamina Plumpang 2009 menewaskan satu orang petugas. Dikutip dari
Kompas.com (6/3/2023), Wakil Presiden saat itu, Jusuf Kalla (JK), mengingatkan PT Pertamina (Persero) untuk selalu menjaga standar keamanan dan keselamatan di kilang minyak yang mereka kelola. "Ini suatu peringatan buat kita semua. Ini sudah menjadi bencana seperti yang terjadi di Cilacap, Jawa Tengah, yakni terbakarnya sejumlah kilang yang memerlukan waktu empat hari untuk memadamkannya," ujar JK usai meninjau Depo Pertamina Plumpang, Senin (19/1/2009).
Baca Juga: Menteri BUMN Minta Tertibkan Lokasi Depo Minyak dan Pemukiman Penduduk Melihat kenyataan bahwa depo Pertamina Plumpang sangat dekat dengan permukiman warga, JK pun meminta BUMM itu untuk segera membebaskan lahan di sekitar depo Pertamina. "Saatnya sekarang bagi Pertamina untuk segera melakukan pembebasan lahan di sekitar kawasan depo di seluruh Indonesia agar kawasan depo dengan kawasan permukiman benar-benar aman," ujar Jusuf Kalla saat itu. Namun, hingga Depo Pertamina Plumpang meledak pada Jumat lalu, TBBM itu masih dikepung permukiman warga. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News