KONTAN.CO.ID - Sejarah Kota Kudus erat kaitannya dengan sosok Sunan Kudus, yang memiliki nama asli Ja’far Shoddiq. Berkat keahlian dan ilmunya yang mendalam, beliau diangkat sebagai Amir Haji, pemimpin para jamaah haji, yang menunjukkan peran pentingnya dalam dunia Islam.
Pengaruh di Palestina
Dikutip dari
kuduskab.go.id, Sunan Kudus pernah menetap di Baitul Maqdis (Yerusalem) untuk memperdalam ilmu agama Islam. Ketika wabah penyakit melanda daerah tersebut, Sunan Kudus berkontribusi besar dalam mengatasinya.
Baca Juga: Banjir Semarang Rugikan Rp 1,5 Triliun, Milyaran Rupiah Pun Terkuras Agar Selamat Atas jasa-jasanya, beliau dianugerahi Ijazah Wilayah oleh Amir Palestina, yaitu wewenang untuk menguasai suatu daerah di Palestina. Bukti penghargaan ini masih terpelihara dalam bentuk batu bertuliskan huruf Arab kuno yang terletak di atas mihrab Masjid Menara Kudus. Ja’far Shoddiq memohon kepada Amir Palestina agar wewenang tersebut dipindahkan ke Pulau Jawa. Setelah permohonannya disetujui, beliau kembali ke Jawa dan mendirikan masjid di daerah Kudus pada tahun 1548 M (1956 H). Masjid ini awalnya diberi nama Al Manar atau Masjid Al Aqsha, terinspirasi dari Masjid Al Aqsha di Yerusalem. Nama kota Kudus sendiri berasal dari kata Al-Quds yang merupakan nama lain dari Yerusalem.
Peran Sunan Kudus dalam Penyebaran Islam
Sunan Kudus membangun Masjid Menara Kudus di Kauman Kulon. Sejak tinggal di sana, jumlah kaum muslimin di sekitarnya semakin bertambah. Daerah sekitar masjid diberi nama Kauman, yang berarti tempat tinggal kaum muslim. Peran Sunan Kudus sebagai penyebar Islam di Kudus melibatkan pendekatan budaya yang bijak. Cerita rakyat Kudus menjelaskan alasan masyarakat Kudus hingga kini tidak menyembelih sapi. Sebelum Islam berkembang, Kudus merupakan pusat agama Hindu, yang memuliakan sapi. Sunan Kudus, sebagai bentuk penghormatan terhadap agama Hindu, melarang penyembelihan sapi setelah beliau menerima kebaikan seorang pendeta Hindu yang memberinya susu sapi saat kehausan.
Baca Juga: Diterpa Kenaikan Cukai Rokok, Nojorono Kudus Lakukan Inovasi Produk Larangan ini menunjukkan toleransi dan pendekatan damai dalam penyebaran Islam di Kudus.
Hari Jadi Kota Kudus
Hari jadi Kota Kudus ditetapkan pada 23 September 1549 M, sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah (PERDA) No. 11 Tahun 1990. Penetapan ini berlangsung pada masa pemerintahan Bupati Kolonel Soedarsono. Setiap tahun, hari jadi Kudus dirayakan dengan berbagai kegiatan seperti parade, upacara, tasyakuran, doa bersama, dan tahlil di Masjid Menara Kudus.
Tradisi ini mencerminkan penghormatan masyarakat terhadap sejarah dan nilai-nilai Islam yang telah mengakar kuat di Kudus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .