KONTAN.CO.ID - Tanggal 1 Muharram 2023 jatuh pada hari Rabu, 19 Juli 2023 dan dijadikan libur nasional oleh pemerintah. Sejarah tahun baru Islam menandai peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari kota Mekkah ke Madinah pada 622 Masehi. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada 1 Muharram dan dijadikan tahun baru dalam kalender Hijriah. Sehingga, tahun baru Islam adalah peristiwa penting bagi umat Islam. Lantas, seperti apa sejarah tahun hijriah?
Sejarah tahun hijriah
Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Fathul-Baari menjelaskan sejarah tahun hijriah. Sejarah kalender Islam diawali ketika Gubernur Abu Musa Al-Asyari mengirimkan surat kepada Khalifah Umar Bin Khatab yang kebingungan perihal surat yang tidak memiliki tahun. Pada masa itu, umat Islam masih mengadopsi peradaban Arab pra-Islam dalam menggunakan penanggalan yaitu menuliskan sebatas bulan dan tanggal tanpa tahun di dalamnya. Dirangkum dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI), hal tersebut menyulitkan Gubernur Abu Musa Al-Asyari saat melakukan pengarsipan dokumen. Kemudian, muncullah gagasan awal untuk menetapkan kalender Islam untuk menindaklanjuti surat dari Abu Musa al-Asy’ari. Khalifah Umar pun memanggil Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf RA, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam RA, Sa’ad bin Waqqas, serta Thalhan bin Ubaidillah sebagai tim yang bertugas penyusunan kalender Islam. Baca Juga: 29 Twibbon 1 Muharram 2023 dan Cara Pasangnya di Media Sosial!Usulan awal kalender Hijriah
Setelah tim disepakati, mulailah pembahasan mengenai penentuan tahun pertama. Beberapa usulan penetapan kalender Hijriah antara lain:- Dimulai di tahun Gajah, yaitu waktu kelahiran Nabi
- Tahun wafatnya Nabi
- Tahun pengangkatan menjadi Rasul
- Tahun hijrahnya Rasulullah ke Madinah
Dasar perhitungan kalender hijriah
Dasar perhitungan kalender Hijriah berbeda dengan kalender Masehi. Selain itu, terdapat perbedaan kalender Masehi dengan Hijriah adalah jumlah hari dalam setahun yang tak sama. Dasar perhitungan kalender hijriah adalah peredaran Bulan mengitari Bumi. Sementara, kalender Masehi mendasarkan penghitungan pada peredaran Bumi mengitari Matahari. Dirangkum dari akun Instagram resmi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), fenomena yang digunakan untuk menandai tanggal 1 setiap bulannya dalam kalender Hijriah adalah terlihatnya Bulan sabit muda yang sangat tipis yang disebut hilal, beberapa saat setelah Matahari terbenam. Sehingga, awal hari pada kalender Hijriah dimulai saat Matahari terbenam. Sedangkan tahun Masehi, pergantian hari dimulai pada pukul 12 malam. Baca Juga: Sederet Emiten Raup Cuan dari Musim Liburan, Simak Rekomendasi Saham Pilihan Analis Selain itu, kalender Hijriah menentukan panjang satu tahunnya berdasarkan 12 kali siklus sinodis bulan (12 kali fase bulan yang sama/ hilal). Selang waktu dari Bulan baru ke Bulan baru berikutnya berkisar antara 29 hari 5,5 jam hingga 29 hari 20 jam. Inilah yang membuat terkadang umur bulan dalam penanggalan Hijriah sebanyak 29 hari, terkadang 30 hari, terkadang berselang-seling 29 dan 30 hari. Bahkan terkadang dua bulan berturut-turut 29 hari dan terkadang dua bulan berturut-turut 30 hari. Jumlah hari dalam satu tahun pada kalender Hijriah kurang lebih 354-355 hari. Sedangkan, jumlah hari dalam kalender Masehi mencapai 365-366 hari. Baca Juga: Wakil Presiden Ma'ruf Amin Shalat Idul Adha di Masjid Istiqlal12 Urutan bulan dalam kalender Hijriah
Berikut rincian jumlah hari dalam satu bulan dalam kalender penanggalan Islam atau urutan bulan dalam kalender Hijriah:- Muharram: 29 hari
- Safar: 30 hari
- Rabiul Awal: 29 hari
- Rabiul Akhir: 30 hari
- Jumadil Awal: 29 hari
- Jumadil Akhir: 30 hari
- Rajab: 29 hari
- Syaban: 30 hari
- Ramadhan: 30 hari
- Syawal: 30 hari
- Zulkaidah: 29 hari
- Zulhijah: 29 atau 30 hari