KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) mengungkapkan, ada sejumlah alasan proses digitalisasi nozzle Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) berjalan lamban. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) dalam konferensi pers kali lalu mengungkapkan, seharusnya program tersebut sudah rampung pada Desember 2018 lalu, dengan begitu semestinya pengawasan jual-beli solar bersubsidi sudah bisa efektif dilakukan. "Waktu itu sepakat akhir Desember 2018 berjalan semua, ternyata belum tercapai. Dengan itu (Noozle) harusnya bisa mencatat ke mana bahan bakar minyak (BBM) subsidi itu tersalur," kata Fanshurullah Assa selaku Kepala BPH Migas, Minggu (1/9).
Sejumlah alasan digitalisasi nozzle SPBU Pertamina lamban
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) mengungkapkan, ada sejumlah alasan proses digitalisasi nozzle Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) berjalan lamban. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) dalam konferensi pers kali lalu mengungkapkan, seharusnya program tersebut sudah rampung pada Desember 2018 lalu, dengan begitu semestinya pengawasan jual-beli solar bersubsidi sudah bisa efektif dilakukan. "Waktu itu sepakat akhir Desember 2018 berjalan semua, ternyata belum tercapai. Dengan itu (Noozle) harusnya bisa mencatat ke mana bahan bakar minyak (BBM) subsidi itu tersalur," kata Fanshurullah Assa selaku Kepala BPH Migas, Minggu (1/9).