KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk (
KLBF) terus positif. Ditambah lagi emiten ini gesit ekspansi baik menambah kapasitas produksi dalam negeri dan luar negeri. Sejumlah analis menilai KLBF masih punya prospek yang lebih besar ke depannya. Analis Oso Sekuritas, Sukarno Alatas menjelaskan prospek KLBF ke depannya akan baik, apalagi kalau menambahkan kapasitas produksi di luar negeri dari pabrik Mixagrip di Myanmar yang ditargetkan akan selesai konstruksinya akhir tahun ini. “Sebab posisi sekarang porsi pendapatannya 95% masih berasal domestik dan sisanya dari ekspor. Jadi masih banyak ruang untuk KLBF terus berekspansi dengan memperluas
market-nya,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (20/8).
Kendati demikian, walaupun KLBF rencana ekspansinya jelas dan menarik, investor harus memperhatikan katalis negatifnya juga. Sukarno menjelaskan tunggakan dari program JKN juga salah satu sentimen negatif bagi emiten farmasi ini sebab dapat mempengaruhi keadaan
cashflow.
Baca Juga: Utang bank jangka panjang Kalbe Farma (KLBF) meningkat, begini penjelasan manajemen Kemudian pergerakan rupiah juga patut diperhatikan karena utang dalam bentuk dollar dan
cost dari bahan baku impor juga sangat mempengaruhi kinerja KLBF. Kepala riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana menambahkan bisnis KLBF cukup unik karena tidak hanya pada farmasi namun
terdiversifikasi pada produk
consumer goods. “Di tengah ekonomi dan jumlah penduduk yang terus tumbuh, serta tren suku bunga yang turun dapat berimbas pada peningkatan konsumsi masyarakat sehingga lini bisnis KLBF cukup menjanjikan,” ujarnya. Wawan bilang adapun katalis positif bagi penjualan didapat KLBF dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang akan terus dikembangkan pemerintah. Ditambah dengan rencana pemerintah untuk menambah anggaran Penerima Bantuan Iuran (PBI) kepada BPJS Kesehatan di 2020 sebesar Rp 48,8 triliun. Angka tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan PBI di 2019 sebesar Rp 26,7 triliun.
Baca Juga: Kalbe Farma targetkan pabrik Mixagrip di Myanmar mulai aktif komersial tahun 2022 Namun penambahan anggaran ini tidak serta merta meningkatkan penjualan, sebab menurut Wawan ditingkatkannya anggaran PBI belum tentu membuat rumah sakit pemerintah membayar tepat waktu. Jadi bisa saja berimbas pada
cashflow KLBF yang akan turun. Selain itu menurut Wawan hal yang akan mengganjal pertumbuhan KLBF ke depannya karena harga bahan baku yang bisa terpengaruh karena sentimen perang dagang. Lebih ke kurs dollar terkait impor bahan baku Hal ini dibuktikan dengan salah satu produk KLBF yang dinaikkan harganya karena dari segi harga tidak sesuai dengan harga jual. Produknya adalah obat batuk yang harganya naik 5%. Wawan menjelaskan lebih lanjut melihat pergerakan sahamnya, Wawan melihat KLBF tetap bisa menuju 1.700-an hingga akhir tahun. Disebabkan fundamentalnya masih terjaga.
Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) telah serap capex sebesar Rp 912 miliar di semester I-2019 Namun demikian valuasi saham KLBF cukup tinggi, sehingga rentan terkoreksi cukup dalam bila ada katalis negatif seperti kurs dollar yang bisa meningkatkan harga impor bahan baku. Sukarno juga melihat pergerakan saham baik PER dan PBV sudah di atas rata-rata kecuali EV/EBITDA yang berada pada posisi 17,94 kali. Jika gagal menguji ke level 1.645, investor bisa tunggu koreksi. Strategi yang bisa dilakukan investor dalam waktu dekat adalah
trading buy sampai target harga Rp 1.645. Jika berhasil
break dan bertahan di atas level 1.645 target harga selanjutnya bisa di rentang Rp 1.785- Rp 1.815.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .