Sejumlah Bank AS Berhasil Menaikkan Dividen Seusai Tekanan Kebijakan The Fed



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Bank-bank Amerika Serikat (AS), termasuk JPMorgan Chase, Wells Fargo, Goldman Sachs, dan Morgan Stanley menaikkan dividen kuartal ketiga pada tahun ini, Jumat (30/6). Pencapaian itu dilakukan setelah berhasil melewati tekanan atau uji kesehatan tahunan Federal Reserve (The Fed). Hal itu menunjukkan bahwa mereka memiliki modal yang cukup untuk menghadapi kemerosotan ekonomi yang parah.

Melansir Reuters, Minggu (2/7), salah satu pemberi pinjaman terbesar di AS, JPMorgan, berencana untuk meningkatkan dividen saham kuartalan menjadi US$ 1,05 per saham dari US$ 1,00 saat ini. Selain itu, Wells Fargo akan meningkatkan dividennya menjadi US$ 35 sen per saham dari 30 sen.

Adapun dividen Goldman Sachs akan naik menjadi US$ 2,75 dolar per saham dari US$ 2,50 dolar, sedangkan Morgan Stanley akan naik menjadi US$ 85 sen per saham dari US$ 77,5 sen saat ini. Dividen Citigroup juga akan naik menjadi US$ 53 sen per saham dari US$ 51 sen.


Baca Juga: Indeks Bursa Wall Street Melaju di Akhir Pekan, Terdorong Inflasi AS yang Landai

Bank-bank tersebut mengumumkan kenaikan dividen setelah lulus stress test The Fed, yang menentukan berapa banyak modal yang harus disisihkan sebelum mereka dapat mengembalikan uang kepada para pemegang saham. 

Lembaga pemeringkat Moody's Investors Service menyebut di bawah skenario kemerosotan ekonomi yang besar dari The Fed, sebanyak 23 bank yang diuji, termasuk JPMorgan, Bank of America, dan Goldman Sachs, akan mengalami kerugian sebesar US$ 541 miliar. Tetapi bank-bank ini masih memiliki lebih dari dua kali lipat modal yang dibutuhkan.

Para pemberi pinjaman terbesar di AS diyakini tetap tangguh meskipun ada kegagalan tiga bank regional besar yang mengguncang industri perbankan di awal tahun ini. Bank-bank besar juga terlihat tetap bertahan bahkan ketika The Fed menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi yang dapat membawa ekonomi ke dalam resesi.

Lembaga pemeringkat Moody's Investors Service menyebut bank-bank tersebut mampu bertahan dalam tekanan yang parah dan mempertahankan penyangga modal di atas batas minimum peraturan. Hal itu tentu menjadi pencapaian yang positif.

Baca Juga: Wall Street Akhir Pekan: Dow Naik 0,84%, Nasdaq Melejit 1,45%, S&P 500 Naik 1,23%

Sementara itu, CEO Jane Fraser menyatakan Citigroup membeli kembali saham biasa senilai US$ 1 miliar selama kuartal kedua tahun ini. Dia juga menyatakan akan terus mengevaluasi tindakan permodalannya setiap kuartal.

Persyaratan stress capital buffer (SCB) Citigroup tercatat naik menjadi 4,3% dari 4,0% saat ini. Pencapaian itu kontras dengan bank-bank besar yang SCB-nya turun.

Adapun ukuran SCB merupakan lapisan modal tambahan yang diperkenalkan pada tahun 2020 yang berada di atas persyaratan modal minimum bank dan mencerminkan seberapa baik kinerja bank dalam pengujian.

Fraser mengatakan meski pihaknya jelas lebih memilih untuk tidak melihat peningkatan dalam SCB, tetapi hasil tersebut masih menunjukkan ketahanan keuangan Citi.

Para analis memperkirakan bahwa bank-bank akan tetap konservatif mengingat kondisi ekonomi yang tidak menentu. Perbankan mempersiapkan diri untuk menghadapi peraturan-peraturan modal internasional yang mungkin akan diumumkan paling cepat pada musim panas tahun ini.

Editor: Wahyu T.Rahmawati