KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank-bank dengan layanan digital atau bank digital di tanah air mulai memasang target rencana bisnis bank (RBB) untuk tahun 2025. Sejumlah bank digital melihat banyak tantangan yang akan mempengaruhi bisnis mereka, meski begitu para bankir tetap optimis dengan berbagai peluang yang ada dapat mendorong kinerja tahun depan. PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) misalnya, entitas anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ini menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 7%-11% pada tahun 2025 mendatang.
Baca Juga: Bisnis Pengelolaan Kas di Sejumlah Bank Tancap Gas Di sisi lain, Bank Raya melihat kondisi ekonomi utamanya volatilitas ekonomi global dan eskalasi ketegangan geopolitik di berbagai wilayah yang secara langsung akan mempengaruhi kondisi perekonomian domestik Indonesia. Dengan demikian hal ini juga tentunya bisa mempengaruhi kinerja perbankan tahun depan. Direktur Keuangan Bank Raya, Rustati Suri Pertiwi menyatakan, untuk mengatasi tantangan tersebut pihaknya sudah memiliki strategi dalam melakukan ekspansi bisnis yakni mengeksploitasi pengembangan produk digital Bank Raya dengan memaksimalkan dan menangkap potensi bisnis
niche market yang ada di dalam ekosistem BRI Group. Namun demikian, Bank Raya juga akan terus bereksplorasi mengembangkan kolaborasi dengan partner-partner bisnis yang baru dengan terus menerapkan prinsip kehati-hatian. Di sisi lain, wanita yang akrab disapa Tiwi ini menyampaikan, pihaknya juga melihat berbagai faktor positif yang akan mempengaruhi bisnis bank, yakni semakin meningkatnya adaptasi mayarakat akan penggunaan transaksi keuangan digital yang semakin familiar, hal ini akan semakin membuka potensi pertumbuhan bisnis perbankan digital secara keseluruhan.
Baca Juga: Libur Nataru, Enam Bank Besar Ini Suplai Uang Tunai Rp 144 Triliun Bank Raya sendiri telah mengembangkan berbagai fitur produk dan layanan digital yang dapat semakin menangkap peluang pertumbuhan bisnis ini. "Sejalan dengan transformasi Bank Raya menjadi menjadi bank digital, maka pertumbuhan kredit digital akan tercatat lebih tinggi, dengan kisaran pertumbuhan double digit. Sejalan dengan Upaya untuk mengoptimalkan potensi sinergi di ekosistem BRI Group, maka Bank Raya tetap konsisten untuk menyasar dan melayani segmen UMKM," ungkap Tiwi kepada Kontan, Kamis (19/12). Sampai dengan Oktober 2024, Kredit Bank Raya tumbuh 8,8% secara tahunan (yoy) dengan outstanding kredit digital tumbuh 90% yoy mencapai Rp 1,85 triliun. Tiwi menyebut dengan karakteristik produk kredit digital Bank Raya yang
shorter, smaller dan
faster, maka penyaluran kredit digital telah mencapai Rp 16,2 triliun atau tumbuh 82,14% yoy. Tak jauh beda dengan Bank Raya, PT Bank Allo Indonesia Tbk (BBHI) juga melihat tantangan yang sama di tahun 2025 mendatang. Direktur Utama Allo Bank, Indra Utoyo menyampaikan pihaknya merasakan bahwa kondisi makro ekonomi akhir-akhir ini semakin penuh tantangan termasuk ketidakastian terkait trend penurunan Fed Fund Rate khususnya pada 2025, sehingga tekanan likuiditas yang meningkat dan persaingan DPK yang kian ketat terjadi di tengah upaya BI memperkuat nilai tukar rupiah dengan mengeluarkan SRBI.
Baca Juga: BI-Fast Bisa Dipakai Transfer Massal "Dengan mempertimbangkan potensi dan peluang yang ada, Allo Bank memproyeksikan pertumbuhan double digit untuk kredit pada tahun 2025. Target pertumbuhan ini sesuai dengan komitmen kami untuk menjaga kepentingan dan memberikan nilai unggul bagi seluruh stakeholders kami tanpa mengorbankan prinsip dan praktik perbankan yang prudent dengan tetap waspada dan berhati-hati," ungkap Indra kepada Kontan, Kamis (17/12). Indra menjelaskan, sebagai bank umum berbasis layanan digital, pendekatan
dual engines for growth dengan melayani segmen Retail Banking & Wholesale Banking, pihaknya berkeyakinan dapat meningkatkan bisnis secara berkelanjutan serta berkontribusi pada perekonomian nasional. "Bila kami menargetkan pertumbuhan
double digit untuk kredit, seyogyanya juga diimbangi dengan pertumbuhan
double digit untuk DPK. Secara umum, strategi kami masih tetap sama dimana untuk segmen Retail Banking Allo Bank aktif menjalin kemitraan strategis dengan berbagai ekosistem terkemuka lainnya melalui penerapan model Open Banking dalam upaya mengembangkan ekosistem digital," ungkapnya. Adapun kredit Allo Bank per Oktober 2024 tercatat mencapai Rp 7,94 triliun, naik 9,22% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 7,27 triliun. Sementara DPK Allo Bank tercatat sebesar Rp 4,58 triliun, menurun 7,3% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4,94 triliun. Beda hal dengan PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), bank yang dikendalikan oleh Akulaku Group ini tidak akan terlalu agresif dalam mematok target pertumbuhan kredit, namun lebih fokus pada penyaluran kredit yang berkualitas untuk menjaga rasio NPL tetap sehat, mengingat Bank Neo Commerce bermain di segmen
unbankable. Seiring dengan itu bank juga sedang menekan biaya operasional, dan melakukan hapus buku terhadap kredit bermasalah. "Selektif tentunya, kita tetap selektif, bagaimana kita bisa menganalisa. Kredit korporasi tentunya masih menjadi bagian yang penting bagi kita, karena mengkomplementer daripada pertumbuhan aset kita. Dan kita juga melihat korporasi nanti akan menjadi faktor penyeimbang," ungkap Eri Budiono, Direktur Utama Bank Neo Commerce kepada Kontan, Kamis (19/12). Bank Neo Commerce juga akan fokus menghimpun dana murah (CASA) untuk menekan
cost of fund. Sampai Oktober 2024, penyaluran kredit BNC per mencapai Rp 8,62 triliun, turun 21% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 10,92 triliun. Sementara segmen DPK tercatat mencapai Rp 13,64 triliun, turun 6,57% yoy dari Rp 14,59 triliun pada tahun lalu
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi