Sejumlah Bank Pembangunan Daerah Catat LDR Tinggi di Tengah Pengetatan Likuiditas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia mencatatkan persentase Loan to Deposit Ratio (LDR) yang cukup tinggi di tengah tren pengetatan likuiditas saat ini. Data OJK per Maret 2024 menunjukkan rata-rata industri perbankan mencatat persentase LDR di kisaran 84,52%.

Bank BJB, misalnya, mencatatkan LDR sebesar 87,5% hingga April 2024, meski angka ini turun dibandingkan April 2023 yang mencapai 89,3%. 

Direktur Utama BJB, Yuddy Renaldi, menyatakan bahwa nilai LDR mereka masih berada di level optimal dan terjaga dengan baik, meski sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri perbankan saat ini.


Baca Juga: Likuiditas Ketat, Bank Sumsel Babel Catat Kenaikan LDR Jadi 84,08% Per April 2024

Yuddy menjelaskan bahwa kondisi ini turut berimbas pada kenaikan biaya dana yang harus ditanggung oleh BJB. Oleh karena itu, pengelolaan manajemen aset dan liabilitas secara optimal menjadi strategi utama mereka saat ini.

Per Maret 2024, komposisi simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK) BJB menunjukkan bahwa deposito lebih besar dibandingkan dana murah (CASA), yang berdampak pada biaya mahal yang harus ditanggung BJB.

BJB berhasil meningkatkan pengumpulan DPK mereka, tumbuh 18,7% menjadi Rp 154,1 triliun, dengan rincian giro sebesar Rp 26,7 triliun, tabungan Rp 30,1 triliun, dan deposito Rp 80,0 triliun.

Yuddy menyebut bahwa ke depan BJB akan terus memantau perkembangan suku bunga acuan dan kondisi inflasi untuk menghimpun dana lebih optimal.

Bank Sumsel Babel (BSB) juga mencatatkan rasio LDR yang tinggi, mencapai 84,08% pada April 2024, meningkat dibanding tahun lalu yang sebesar 79,21%. 

Baca Juga: CIMB Niaga Hadirkan Pengalaman Perbankan Optimal untuk Nasabah di Samarinda

Berbeda dengan BJB, BSB mencatatkan porsi dana murah atau CASA yang lebih tinggi per Maret 2024, dengan total DPK tumbuh 6,04% YoY menjadi Rp 28,2 triliun, terdiri dari giro Rp 8,6 triliun, tabungan Rp 9,1 triliun, dan deposito Rp 10,3 triliun.

Direktur Pemasaran BSB, Antonius Prabowo Argo, mengatakan kondisi ini membuat mereka perlu memaksimalkan ketersediaan instrumen likuid sehingga dapat dicairkan dengan segera jika diperlukan.

Editor: Noverius Laoli