KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perbankan di tanah air mengaku tidak memiliki eksposur terhadap kolapsnya bank terbesar kedua di Amerika Serikat (AS) Sillicon Valley Bank (SVB). Kendati bank buku 2 dan 3 rentan dengan modal yang belum terlalu kuat ketimbang bank konvensional besar, mereka mengaku hingga saat ini sudah memiliki likuiditas yang kuat, dan memiliki modal yang dinilai masih cukup untuk ekspansi bisnis ke depan. DBS Group mengatakan, bahwa pihaknya tidak memiliki eksposur terhadap bangkrutnya bank besar asal Amerika Serikat, Silicon Valley Bank. DBS Group menilai, pihaknya memiliki likuiditas yang kuat dan basis diversifikasi pendanaan yang didukung oleh
brand deposit nasabah ritel yang solid.
"Kredit kami menikmati suku bunga yang meningkat, sedangkan portofolio utang sekuritas kami memiliki durasi yang relatif pendek. Cakupan kredit kami untuk segmen
startup tidak material," kata Mona Monika,
Head of GSMC, Bank DBS Indonesia kepada kontan.co.id, Selasa (14/3).
Baca Juga: BNI (BBNI) Bakal Menebar Dividen Rp 7,32 Triliun Mona menjelaskan, bahwa DBS Group memiliki kapital yang tinggi dengan
common equity tier-1 ratio sebesar 14,6%, di atas batas minimum yang ditentukan. Bank Jago juga menyatakan, bahwa permodalan perseroan sangat kuat untuk ekspansi bisnis ke depan serta konsisten bertumbuh secara sehat dan berkelanjutan, baik dari sisi pinjaman, dana pihak ketiga (DPK), maupun jumlah nasabah. "Bank Jago belum berencana melakukan
rights issue atau
private placement karena rasio kecukupan modal atau
capital adequacy ratio (CAR) cukup tinggi, yaitu 83% dan modal inti mencapai Rp 8,26 triliun," jelas Direktur Kepatuhan &
Corporate Secretary Bank Jago Tjit Siat Fun. Bank Raya juga terus berkomitmen untuk menjaga likuiditas dengan strategi bisnis yang efisien dan berkelanjutan. Akhmad Fazri Direktur Keuangan Bank Raya menjelaskan, untuk semakin memperkuat langkah Bank Raya menjadi
digital attacker BRI Group, Bank Raya telah melakukan penambahan modal sebesar Rp 996 miliar, dimana BRI telah berkomitmen untuk melaksanakan seluruh haknya dalam PMHMETD X. "Tambahan modal ini akan semakin memperkuat langkah kami dalam pengembangan bisnis di antaranya penguatan permodalan yang selanjutnya dapat digunakan sebagai ekspansi modal kerja dalam menyalurkan pinjaman maupun memperkuat pendanaan kepada segmen
market yang baru, terutama segmen
gig economy," ungkap Fazri. Bank Raya saat ini telah memenuhi modal inti minimum di atas ketentuan Peraturan OJK No. 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum (POJK No.12/2020). Mengenai kolapsnya Silicon Valley Bank, Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi menyatakan, bahwa kejadian tersebut tidak akan berdampak langsung terhadap industri perbankan Indonesia yang dinilai sudah cukup kuat dan stabil. "Meski secara BUKU 2 dan BUKU 3 memiliki modal yang relatif lebih kecil dari BUKU 4, namun demikian tidak memiliki eksposur terhadap SVB maupun karakteristik portofolio seperti SVB," katanya. Mengenai modal perseroan, saat ini modal yang dimiliki Bank BJB dinilai masih cukup dengan CAR 19,2% untuk menopang ekspansi usaha yang dilakukan sehingga kata Yuddy, belum perlu untuk melakukan aksi korporasi terkait penambahan modal dalam waktu dekat. Sementara itu, Bank BTPN menyebut, penutupan Silicon Valley Bank di Amerika Serikat tidak berdampak langsung terhadap kinerja keuangan perseroan yang sampai dengan akhir tahun 2022 mencatatkan performa yang baik.
Baca Juga: Bank Mandiri Gandeng Greenation Jalankan Program Waste to Energy Aset Bank BTPN tumbuh 9% menjadi Rp 209,17 triliun per akhir 2022, dengan kualitas aset terjaga, yaitu rasio
gross non-performing loan (NPL) di angka 1,43% pada akhir 2022. Angka tersebut lebih rendah daripada periode yang sama tahun 2021 di angka 1,68% dan lebih rendah dibanding rata-rata industri perbankan yang tercatat sebesar 2,44% pada akhir 2022.
Bank BTPN juga menjaga rasio likuiditas dan pendanaan berada di tingkat yang sehat, dengan
liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 229,3% dan
net stable funding ratio (NSFR) 133,7% pada posisi 31 Desember 2022. Perseroan mencatat rasio kecukupan modal (CAR) 27,3% per akhir 2022, di atas ketentuan minimum regulator. "Selain kinerja kami yang kuat, Bank BTPN tidak memiliki hubungan bisnis,
facility line, maupun investasi di produk sekuritisasi Silicon Valley Bank," jelas Andrie Darusman,
Communications & Daya Head Bank BTPN. Lebih lanjut Andrie menuturkan, bahwa Bank BTPN memiliki fundamental yang kuat, dengan rasio likuiditas dan pendanaan terjaga di level yang sehat, rasio kredit buruk yang berada di bawah rata-rata industri, aset yang terus tumbuh, serta rasio kecukupan modal yang berada di atas tingkat minimum ketentuan regulator. Bank BTPN mencatatkan rasio kecukupan modal (CAR) 27,3% per akhir 2022, di atas ketentuan minimum regulator.
Editor: Tendi Mahadi