KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan kualitas aset perbankan syariah jelang berakhirnya restrukturisasi restrukturisasi covid 19 ini kian membaik. Hal itu tercemin dari penurunan kualitas
non performing financing (NPF). Seperti yang diketahui, relaksasi pembiayaan dalam bentuk restrukturisasi selama masa pandemi akan segera berakhir pada Maret 2024 ini. Unit Usaha Syariah PT Bank CIMB Niaga Tbk atau CIMB Niaga Syariah mencatatkan penurunan rasio pembiayaan bermasalah dari posisi 1,28% pada Desember 2022 menjadi 1,09% pada Desember 2023.
Direktur
Syariah Banking CIMB Niaga, Niaga Pandji P. Djajanegara menyebut pihaknya selalu berupaya untuk menjaga pembiayaan bermasalah agar tidak melebihi batas yang ditentukan regulator.
Baca Juga: Mengintip Besaran Dividen dari Bank-Bank yang Labanya Kian Tambun "Kami selalu jaga NPF supaya tidak lebih dari 2%” katanya kepada KONTAN, Senin (4/3). Di sisi lain Pandji tidak menyebut berapa jumlah pembiayaan yang masih dalam restrukturisasi Covid 19, namun ia menekankan pembiayaan restrukturisasi COVID sudah minimum dan tidak akan berdampak pada kenaikan NPF. Ditambah lagi CIMB Niaga Syariah mengaku masih memiliki pencadangan yang memadai yakni sebesar 2,5% pada Desember 2023. Secara kualitas aset Pandji menilai pembiayaan syariah semakin membaik tahun ini mengingat proyeksi penurunan suku bunga dan beberapa hal positif dari eksternal yang tentu memengaruhi pertumbuhan
financing. Ia pun memproyeksikan pembiayaan akan tumbuh hingga 10% tahun ini. "Karena banyak hal yang positif seperti pemilu hasilnya baik dan aman sehingga pengusaha jadi lebih berani investasi baru. Kemudian indikasi suku bunga turun walau di semester 2, sehingga pertumbuhan kredit mustinya membaik sekaligus kualitas kredit juga ikut membaik," lanjutnya. Pandji menuturkan sepanjang masih mempersiapkan keperluan
spin off, CIMB Niaga Syariah akan dengan fokus ke sektor Small Medium Enterprise (SME) dan
consumer dan menghindari
financing berskala besar seperti pembiayaan ke sektor korporasi. Di sisi lain PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatatkan penurunan NPF Gross dari posisi 2,42% pada 2022 menjadi 2,08% pada akhir 2023. Maka dari itu portofolio restrukturisasi pembiayaan bermasalah akibat covid-19 juga mengalami perbaikan dari Rp 13,28 miliar pada 2022 menjadi Rp 7,55 miliar pada 2023.
Baca Juga: OJK Pastikan Semua BPD Bakal Memenuhi Ketentuan Modal di Akhir Tahun Ini BSI pun memproyeksikan penurunan NPF tahun ini di bawah 2%, sementara pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan bisa mencapai
double digit atau tumbuh sekitar 15% secara tahunan. “Kualitas pembiayaan BSI tercermin dari NPF gross terus mengalami penurunan secara signifikan mendekat ke 2,1%. Ini adalah buah dari penerapan RAC atau
risk acceptance criteria yg baik dan proses
underwriting yang semakin optimal,” kata Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Hery Gunardi kepada KONTAN, Senin (4/3). Di sisi lain juga PT Bank Muamalat Indonesia mencatatkan penurunan NPF pada September 2022 sebesar 0,43% atau turun 22 bps dari periode yang sama di tahun 2022. Untuk tahun ini,
Corporate Secretary Bank Muamalat Hayunaji menargetkan NPF semakin rendah lagi sesuai dengan peraturan dari OJK sebagai regulator. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi